Fortune Cookie (Chapter 01)
Bel sekolah yang berbunyi 5 kali menandakan semua pelajaran hari ini usai. Bukan hanya hari ini. Tapi tahun ini. Karena besok sudah hari libur musim panas untuk semua siswa SMA di seluruh penjuru negara Jepang. Termasuk juga di Kyoto ini.
Shinji Nakagawa, siswa laki-laki SMA Haruna kelas 1-C, yang duduknya di bangku paling depan ini langsung mengemasi barang-barangnya untuk segera pulang. Ia berencana untuk menghabiskan liburan musim panasnya di Hokkaido. Disanalah kampung halaman ayahnya. Rencananya, ia akan berangkat ke Hokkaido besok lusa, karena ia pun belum sempat mempersiapkan apapun.
"Shinji," terdengar seseorang memanggil namanya dengan suara berat yang berciri khas. Shinji kenal betul suara siapa ini. Shinji mendongakkan kepala.
Ia terlonjak kaget ketika sumber suara itu ternyata sudah berdiri tepat di depannya.
"Guru Kazuya!" ucap Shinji setengah terpekik. Ia baru sadar kalau ternyata ia paling lama berkemas.
Gurunya, Kazuya Sasaki, adalah guru baru yang baru masuk ke sekolah. Guru Kazuya bertubuh tinggi, lebih tinggi dari pada Shinji. Ia juga tampan. Bahkan di hari pertama masuk sebagai guru di SMA Haruna ini, Guru Kazuya sudah banyak yang mengidolakan. Termasuk Shinji sendiri. Tapi Shinji tidak terlalu nge-fans berat. Ia hanya sekadar suka saja. Shinji memang lebih suka memperhatikan Guru Kazuya dari jauh.
"Ada apa, Guru?" tanya Shinji selesai berkemas sambil menggendong tas punggungnya.
"Ku ucapkan selamat atas keberhasilanmu menjadi juara kelas tahun ini."
"Oh! Iya. Itu semua juga berkat bimbingan dari semua guru. Juga Guru Kazuya," balas Shinji berusaha merendah. Shinji memang berhasil menjadi juara kelas tahun ini.
"Hahaha! Aku hanya guru biasa." Guru Kazuya tertawa. Umurnya yang tidak terpaut jauh dari Shinji memang menunjukkan kalau Guru Kazuya masih pantas jika menjadi siswa SMA.
"Ya sudah kalau begitu. Saya pulang dulu, Guru Kazuya," Shinji berpamitan sambil membungkukkan badannya.
***
Shinji keluar dari gedung sekolah dengan perasaan yang sangat riang setelah ia mendapatkan kalimat pujian dari guru idolanya.
Wajah Shinji dari tadi tak pernah luput oleh senyum yang terus-menerus mengembang.
"Shinji!" teriak seorang gadis secara tiba-tiba yang langsung berdiri di sebelah kanannya yang hampir membuat jantung Shinji melompat keluar.
"Aduh! Kasumi! Kamu hampir membuatku mati terkejut dengan suaramu itu!" Shinji menggerutu kesal pada Kasumi.
Kasumi Kobayashi adalah sahabat Shinji dari kecil. Bahkan mungkin satu-satunya sahabat yang paling tulus yang dimiliki Shinji. Dengan ciri khas rambut yang selalu di kucir kuda dan tingkah laku yang enerjik, Kasumi lebih terlihat seperti anak SMP daripada anak SMA.
"Biarin! Soalnya dari tadi aku lihat dari kejauhan, kamu senyam-senyum terus. Memang ada apa? Ada kejadian lucu? Atau kejadian aneh hari ini?" tanya Kasumi. Gadis ini memang selalu cerewet seperti biasanya.
"Tidak ada apa-apa. Hari ini kan hari terakhir kita sekolah sebelum liburan musim panas. Jadi aku merasa seperti ringan saja. Tidak ada masalah yang bisa menggangguku hari ini." jawab Shinji mencoba mencari alasan yang masuk akal dari pada menjawab, Aku dipuji Guru Kazuya tadi! Oh! Senangnya!
Pasti Kasumi akan lebih cerewet lagi.
"Aku yakin pasti bukan itu alasan utamanya. Pasti ini tentang Guru Kazuya."
Deg!
Shinji menatap Kasumi dengan pandangan menyelidik. Darimana ia tahu?
"Oh! Ayolah, Shinji. Kamu sudah seminggu ini selalu bertanya padaku mengenai Guru Kazuya. Apa yang ia suka, apa yang ia tidak suka, dimana rumahnya, kamu tidak ingat?"
Shinji masih melongo. Ia seperti sulit mencerna kata-kata Kasumi barusan.
"Shinji. Kita sudah bersahabat sejak kecil. Kita sudah memahami sifat masing-masing. Aku tahu kamu menyukai Guru Kazuya."
"Hanya sekedar suka. Tidak ada rasa khusus kok." Shinji mencoba berkilah.
"Jangan bohong deh!" ucap Kasumi semakin mendesak.
"Sudahlah! Bicarakan yang lain saja," pipi Shinji memerah. Kasumi tertawa. Sifat Shinji memang membuatnya mudah disukai orang lain. Bahkan orang yang baru kenal pun.
"Oh iya! Kamu jadi liburan ke Hokkaido?" tanya Kasumi. Shinji mengangguk.
"Kamu mau meninggalkan aku sendirian di Kyoto? Kamu tega sekali." ucap Kasumi berpura-pura menampilkan raut wajah sedih.
"Hei! Katamu waktu itu kamu mau liburan ke Indonesia! Apa kamu tidak jadi kesana?" tanya Shinji. Kasumi memang pernah bilang kalau dia akan menghabiskan liburan musim panasnya di Indonesia. Entah di kota apa namanya, Shinji lupa.
"Ternyata kamu masih ingat juga! Senang deh rasanya kalau ada yang memperhatikan!" kata Kasumi agak centil.
"Iya. Aku jadi pergi ke Indonesia. Aku rencananya mau liburan di Bali. Keluarga besar ibuku ada disana semua. Semuanya orang Indonesia. Semoga saja nanti tidak sulit komunikasi dengan mereka." Kasumi melanjutkan.
"Ke Bali? Wow! Hebat! Pasti seru! Tapi waktu itu kamu tidak bilang mau ke Bali. Kamu bilang mau ke Kota Banduno, atau apa lah itu namanya."
"Kota Bandung! Ah! Kamu payah sekali!" Kasumi mengejek Shinji yang sulit menghafal kata Bandung.
"Iya. Bandung. Kenapa tidak jadi kesana?"
"Walaupun ibuku tinggal di Bandung, tapi semua keluarga besar ibuku mayoritas ada di Bali. Jadi nanti mungkin mereka sudah menunggu di Bali."
"Oh.. Memang ibumu bukan asli Bandung, tapi asli orang Bali? Kenapa kamu tidak bilang mau ke Bali? Kalau kamu bilang, pasti aku akan ikut bersamamu. Tapi aku sudah berjanji sama sama ayahku kalau aku akan ke Hokkaido."
"Eh, Shinji! Memangnya siapa yang mau mengajakmu?" tanya Kasumi.
"Kamu tega sekali!"
"Hahaha! Iya deh! Kapan-kapan kalau kesana aku kasih tahu lagi." Kasumi mencubit pipi Shinji.
"Iya kapan-kapan. Tapi kapan?"
"Tahun depan mungkin."
"Janji ya?"
"Iya!"
"Terimakasih! Kamu memang sahabat paling sempurna yang aku miliki. Setidaknya kamu memang satu-satunya sahabat paling dekat yang aku miliki."
"Iya. Iya. Ah! Kamu selalu berlebihan deh! Ya sudahlah! Kita pulang saja yuk! Pasti besok kamu juga mau siap-siap. Aku juga belum mempersiapkan apapun!" Kasumi menggandeng lengan kanan Shinji.
"Tunggu dulu, Kazumi!" Shinji menghentikan langkah membuat Kasumi juga berhenti.
"Ada apa?"
"Kelihatannya ada yang kurang deh." Shinji memandang Kasumi
"Apa?" tanya Kasumi.
Shinji menjauh sedikit sambil memandang tubuh Kasumi dari atas hingga bawah.
"Tas sekolahmu mana?" tanya Shinji. Kasumi terbelalak sambil membuka mulut.
"Oh, tidak! Ketinggalan di kelas!" teriak Kasumi sambil memukul dahinya.
Serentak, mereka pun berlari bersama ke gedung sekolah kembali secepat yang mereka bisa.
"Semoga saja pintu sekolah belum terkunci!" teriak Shinji sambil berlari dengan napas yang tersengal-sengal.
"Oh tidak! Jangan sampai! Kita harus cepat!" Kasumi berlari semakin cepat.
Comments
Post a Comment
Komen yuk, say