Generation (Chapter 24/ Final)
Guratan warna abu-abu gelap terlukis di langit Kabupaten Tulungagung pagi ini. Dini hari tadi hujan sudah tumpah sekitar pukul dua, mungkin nanti bakal hujan lagi.
Mungkin. Tak ada yang tahu pasti. Bahkan ramalan cuaca di televisi ataupun di aplikasi smartphone saja masih bisa meleset. Kadang beritanya hujan petir tapi kenyataannya cerah berawan, beritanya badai tapi nyatanya cuma gerimis rintik-rintik.
Tak ada satupun yang tahu pasti, tentu saja kecuali Mas Agung yang bisa berpindah waktu beberapa jam ke depan untuk menengok kondisi cuaca yang benar-benar akan terjadi.
Hari ini, tepat tiga bulan setelah kejadian di panti asuhan waktu itu. Semua peristiwa seolah-olah terjadi begitu cepat seperti angin yang bertiup semilir menerpa kulit lalu pergi begitu saja.
Seorang cowok berpakaian biru-biru ala pasien rumah sakit tampak mendorong tiang infusnya menuju ke sebuah kamar di ujung koridor rumah sakit. Cowok itu merasakan pegal yang amat menyiksa di sekujur tubuhnya.
Padahal baru empat hari cowok itu siuman dari koma selama hampir tiga bulan, seharusnya ia mengistirahatkan tubuhnya supaya lekas sembuh dan segera keluar dari rumah sakit ini. Namun dia tak peduli saran-saran dari orang lain itu, karena sebelum kekasihnya sadar dari koma, cowok itu tak akan pernah sekali pun meninggalkannya.
Ari membuka salah satu pintu kamar inap lalu menutupnya dari dalam. Dari jauh, ia menatap sendu sesosok cowok yang sekarang tengah berbaring di atas matras rumah sakit dengan mata terpejam. Di sampingnya ada sebuah alat, yang entah apa namanya, yang mendeteksi stabilitas tubuh cowok itu.
Itu Tomi. Ia masih tak mau bangun dari komanya sampai saat ini. Ari berjalan terseok mendekat lalu duduk perlahan di atas sebuah kursi kecil. Biasanya Kak Hana selalu berada di sini saat Ari berkunjung dari kamarnya ke kamar Tomi. Namun sepertinya gadis itu sedang keluar entah kemana.
Setelah siuman dari komanya, Ari mengalami pemulihan diri yang cukup cepat dalam tiga hari. Selama itu pula semua orang, baik teman-teman atau pun mamanya, menceritakan segala hal yang terjadi selama ia mati.
Penjahat penjahat yang sudah tak mengejarnya lagi karena dicuci otak oleh Titi, lalu Juli yang sudah menemukan kemampuannya, ada pula Salma, gadis kecil dari panti asuhan yang memiliki kemampuan manipulasi gravitasi. Pokoknya mereka semua menceritakan segalanya secara lengkap.
Bahkan Ari sendiri tak bisa percaya kalau dia sebelumnya benar-benar mati, lalu Tomi berniat untuk memberikan nyawanya pada Ari. Jika waktu itu Tomi mati dan Ari hidup, mungkin Ari sekarang mengalami sakit jiwa yang parah. Membayangkannya saja Ari tak sanggup. Untungnya Titi bertindak tepat waktu saat itu, walaupun pada akhirnya mereka berdua harus berakhir dengan kondisi koma.
Semakin Ari mengingat cerita teman-temannya mengenai aksi Tomi waktu itu, ia jadi makin sayang pada cowok itu. Sekaligus sedih karena hal itu membuatnya kehilangan kesadaran.
Tangan kanan Ari terulur mengusap rambut Tomi yang sekarang sudah sedikit lebih panjang daripada saat terakhir Ari melihatnya. Kumis tipis juga mulai tumbuh di bawah hidungnya. Ari meraba-raba kulit wajah kekasihnya itu dengan mata berkaca-kaca.
Kalau Ari mampu, pasti ia sudah menyembuhkan Tomi saat ini juga. Tapi ia tahu konsekuensi melakukan hal itu juga berdampak buruk baginya. Saat kondisi sehat saja ia bisa langsung sekarat, apalagi kondisinya yang seperti ini, ia bisa saja langsung mati sebelum Tomi siuman dari komanya.
Ia rindu Tomi. Ia sangat ingin Tomi bisa membuka matanya dan berbicara lagi padanya. Digenggamnya tangan kiri Tomi yang besar dengan erat lalu diusapkannya punggung tangan Tomi pada wajahnya sendiri, membayangkan Tomi sedang mengelusnya.
Setitik air mata bergulir dari pelupuk matanya, jatuh ke tangan Tomi. Setiap hari sejak Ari sadar dari komanya, dia tak pernah bisa berhenti menangis saat dirinya melakukan hal seperti ini. Ari memejamkan mata dengan raut wajah yang kusut tak karuan. Doanya untuk Tomi tak pernah berhenti dari relung hatinya.
"Tomi, cepetan sadar....," bisiknya sambil menyeka pipinya sendiri yang sudah basah karena menangis.
Pada saat yang sama, pintu kamar itu terbuka. Kak Hana dan mamanya langsung masuk ke dalam.
"Ri, dicariin mama kamu nih," kata Kak Hana sambil menaruh kantong belanjaannya di atas meja.
Ari hanya menyengir. Ia benar-benar kelihatan sangat aneh dengan cengiran yang ia munculkan di wajahnya itu, padahal matanya tampak memerah yang sudah jelas-jelas baru saja menangis.
Mama Ari tersenyum sendu. Ia sangat bersyukur anak semata wayangnya ini bisa kembali bersamanya lagi. Namun ia tahu bahwa sesempurna apapun Ari memasang senyum palsu, mamanya tak akan pernah bisa dibohongi.
Perasaan puteranya itu pasti tidak menentu karena Tomi tak kunjung sadar dari komanya. Namun tak ada yang bisa dia lakukan untuk membantu Ari. Ia hanya bisa mendekati puteranya lalu memeluk kepala Ari sayang.
Dalam pelukannya, Ari mendongak menatap mamanya yang sekarang juga mengelus-elus puncak kepalanya. Ari tak sanggup lagi. Ia merangkul balik pinggang mamanya sambil meraung pelan dalam tangisnya yang pecah. Wajahnya ia sembunyikan di depan perut wanita itu.
"Cup! Cup! Cup! Sayang, yang sabar yah! Kita doakan aja yang terbaik buat Tomi. Moga dia cepet siuman," tutur mamanya dengan nada sedikit bergetar, mencoba untuk tidak menangis saat puteranya sedang menyadarkan hatinya yang lelah. Orang tua manapun harus bisa bersikap tegar dan kuat di depan anaknya. Begitu pun wanita yang sudah melahirkan dan membesarkan Ari sejak kecil itu.
Kak Hana ikut mendekati Ari lalu mengusap pelan punggung cowok itu. Ia paham betul bagaimana perasaan Ari.
"Jangan khawatir, Ri. Tomi itu cowok tangguh loh! Pasti dia bakalan cepet sadar."
Ari masih terus menangis di perut ibunya, menulikan telinganya sendiri. Karena walaupun mereka memberikan kalimat-kalimat itu padanya, Ari merasa itu semua sia-sia selama Tomi tak kunjung bangun. Bahkan ia tahu kalau tangisannya juga bakal sia-sia dan hanya menguras air matanya saja. Tapi paling tidak ia ingin menghilangkan rasa lelah di hatinya dengan merasakan pelukan mamanya yang hangat dan menenangkan.
Tak lama kemudian, mendadak suara udara di sekitarnya melambat. Ari sontak melepaskan diri dari pelukan mamanya.
Pada saat ia melihat ke sekelilingnya, ia sadar kalau mamanya dan Kak Hana berdiri kaku di tempat mereka masing-masing.
Seseorang sedang menghentikan variabel waktu di sekitarnya. Jantungnya berdegup tak menentu, menunggu dengan pikiran bertanya-tanya, siapa yang menghentikan waktu.
Apakah Mas Agung yang melakukannya?
Mustahil! Kalau itu benar-benar perbuatan Mas Agung, pasti cowok itu langsung muncul di depannya.
Karena terlalu lama menunggu, Ari akhirnya bangkit dari kursinya dan berjalan ke luar kamar. Suasana sunyi di koridor membuat bulu kuduk Ari merinding. Memang tidak ada siapapun sih, tapi..... telinga Ari tak biasa dengan udara yang terdengar hampa ini. Napasnya yang pelan saja bisa ia dengar dengan sangat jelas.
"Siapa kau?! Siapa yang melakukan ini?!" seru Ari entah pada siapa. Dia menyeret tiang infusnya dengan susah payah, tapi ia tak menemukan apapun di sini.
Ketika Ari kembali ke dalam kamar, ia tampak terkejut dan agak syok melihat Kak Hana yang sekarang sedang menangis sambil memeluk tubuh Tomi dengan erat. Bahkan mamanya juga ikut menangis.
Kening Ari mengernyit. Waktu sudah kembali berjalan normal, tapi baginya waktu sedang berjalan perlahan saat matanya saling pandang dengan mata Tomi.
Napas Ari tercekat di tenggorokan. Ia menutup mulut dengan kedua tangan seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Tomi sudah siuman sekarang, setelah waktu berhenti secara mendadak. Cowok itu tampak tersenyum lemah padanya saat Kak Hana memeluknya.
Ari masih terkejut, tubuhnya kaku di tempat ia berdiri sekarang. Hatinya menghangat, membuat seluruh tubuhnya ikut hangat.
Pasti orang dari masa depan secara diam-diam datang dan menyembuhkan Tomi. Ari meyakini itu. Tidak ada yang lebih ia harapkan daripada Tomi sekarang. Cowok itu menghampiri Tomi dengan mata yang sudah basah. Langkahnya yang tadi terseok, kini sepenuhnya lancar tanpa kesulitan apapun.
Tepat saat ia berada di sana, Kak Hana juga pas melepas pelukannya. Langsung saja Ari menoyor kepala Tomi.
"Aduh! Kamu kok gitu sih, Beb? Bukannya kasih cium, malah aku kenal pukul!" balas Tomi sambil mengusap-usap keningnya yang terkena pukulan sayang dari Ari.
Kak Hana dan mamanya malah tertawa. Seharusnya kedua orang itu kaget karena saat waktu kembali berjalan normal, Ari sudah berpindah tempat. Atau jangan-jangan ada suatu rahasia yang tak diketahui oleh Ari? Sekali lagi, Ari yakin bahwa dirinya dari masa depan bersama Mas Agung datang menyembuhkan Tomi.
Lihatlah! Mana ada orang yang barusan siuman dari koma langsung bisa bertingkah seolah-olah ia baru bangun tidur?
Namun kenapa kedua orang itu tak menampakkan diri di depannya? Apakah mereka berniat untuk menjahili Ari dan memberikannya kejutan?
Tapi Ari tak peduli. Apapun yang terjadi tak dipedulikannya. Melihat Tomi yang telah siuman saja sudah cukup.
"Jangan bikin orang lain kesal karna nunggu kamu siuman! Dasar goblok!" umpat Ari, berusaha untuk tidak menangis lagi sambil mendaratkan pantatnya di tepi tempat tidur Tomi.
Di sisi lain, mama Ari dan Kak Hana saling berpandangan menahan senyum. "Sayang, Mama sama Hana mau keluar dulu bentar ya, mau nemuin anak-anak panti. Kamu sama Tomi disini dulu, oke?" ujar mama Ari.
Kak Hana mengangguk bersemangat. "Iya, Ri. Tom, jaga si Ari baek-baek! Aku juga mau ngasih tau yang lainnya kalo kamu udah siuman. Bye!"
Mereka berdua meninggalkan Ari dan Tomi buru-buru. Ari tahu, mereka berdua pasti ingin memberikan waktu untuknya berduaan saja dengan Tomi.
Tomi tersenyum miring dan langsung memeluk kepala Ari di dadanya. Ari membenamkan kepalanya di dada Tomi yang bidang. Cowok itu mengelus-elus rambut Ari lalu dikecup pelan.
Tak ada ucapan lagi yang keluar dari mulut mereka. Yang ada hanya pelukan hangat yang saling mencairkan kerinduan satu sama lain. Pelukan Tomi yang lebih erat menandakan bahwa cowok itu lebih merindukan Ari. Tak perlu kata-kata kalau perbuatan saja sudah dapat membuat satu sama lain mengerti.
Mendadak, Tomi menanyakan sesuatu yang benar-benar mengganggu momen-momen indah mereka berdua.
"Ambilin air dong, Beb. Haus nih!"
Ari mengernyit sebal. Tomi sudah kembali ke sikapnya yang selalu otoriter.
Sial!!
-
-
-
E.N.D
alias
TAMAT
alias
TAMAT
-
-
Finally, mereka bersama juga. Ku terharu������ Ditunggu epilognya~
ReplyDeleteEtto epilog ny mana y ka ?
ReplyDeleteTerusanya dong ka. Huhuhu udh lama menunggu nihh
ReplyDeleteAhh... setelah maraton baca cerita ini hampir 5 jam. Dan pindah ke webnya juga.
ReplyDeleteTerbayar sudah. Makasih ceritanya sungguh inspiratif.
Ending nya doang yang bikin gemesh !
Kenapa cuma gitu.. kurang ! Wkwkw
Abis marathon langsung ngebut kesini. Dan masih ngegantung aja coba😭😭😭
ReplyDeleteEh author paling baek paling kece paling semuanya lah, gue uda 23 kali baca ini cerita, tetep aja gak bosen, ceritanya ahhh sudahlah.. Luar biasa Bagus, dapet feel nya, plisssss buatin season 2 plisssss, mintak tolong banget :'),gue mau di lanjutin pokoknya!kalau bisa di s2 nya banyakin mesum nya hehehe. Mohon ya Thor season 2 nya! ����������
ReplyDeleteHUWAAAAA GUE NANGISSSSS
ReplyDeleteGOOD BANGEETTT CERITANYA
EPILOGNYA DONG KAK ~
ReplyDeleteKa lanjutan tenggara nya
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteEpilognya kaka
ReplyDeleteHi akuw dari masa depan
ReplyDeleteEpilognya mana neh?
Kak bikin season 2 nya dong
ReplyDeleteParah banget, baru kali ini, cerita dibuat tegang, senyum, nangis sesenggukan, makasih author, hehe boleh dong epilog, hehe atau engga season 2,sapa tau ari bisa bikin anak, hehe canda, harus pokoknya, duh ga sabar, cerita yang sanggat memuaskan, pokoknya the best deh. Cerita ke 2 yang aku suka bangetttttt
ReplyDeletehaw hloh, ai dari masa depan epilognya mana neih?
ReplyDeletehalo semua nya, aku dari masa depan, ingin bertanya, dimanakah epilog nya? saya capekkk di gantung kayak begini, gasopan author nya suka ngegantungin anak orang, emang kita jemuran apa di gantungin😭
ReplyDeleteHeh cepet bngt end nya, huwaaa ga mau pisah😭😭. Bang bikin epilog dong pliss walaupun ini terlambat soalnya udh thn 2022 tpi pliss bikin epilognya sy maksa!
ReplyDeleteGak enak loh di gantungin bang saya bukan jemuran y
DeleteKAK SAYA DARI MASA DEPAN SANGAT BERHARAP ADA BONUS CHAP HUHUUUU😭😭😭😭😭😔😔😔
ReplyDeleteAKU SANGAT TERHURA huhuhu😭😭😭
ReplyDeleteTerharu banget kak😭btw epilog nya mana kak?:V
ReplyDeleteAKHIRNYA MEREKA BRSMA LAGI
ReplyDeleteepilognya mana kak :v
Halloowwww aku penggemar baru salken,,,,, ceritanya menarik bnget 😍😍😍😍😍,,,, kepengen baca yg versi taegyu, yeonbin, ataupun sungjake nya jugaaaaaaaa 😆😆😆😆😆😆😆😆
ReplyDeleteSUMPAAAAHH KEREN BANGETTTT😭😭😭😭 INI BERE2 HIDDEN GEM YANG UNDERRATED, CERITA INI HARUS RAMEEE😭😭😭😭😭❤️🩹❤️🩹❤️🩹❤️🩹❤️🩹❤️🩹❤️🩹 bahagia bangettt endingnya ari sama tomi bisa bareng2 lagii☹️☹️🫶🫶🫶 makasih banyak ya author, udah berjuang bikin cerita sebagus ini, sekeren dan sedetail ini. pasti butuh imajinasi yang kuaatt. sehat terus ya author, semoga sukses selalu. btw aku dom mojo kediri lohhh, deket sama tulungagung. love youu authorrr🫶🫶❤️🩹❤️🩹❤️🩹❤️🩹
ReplyDelete