Generation (Chapter 23)



Cahaya dari mata Titi mulai meredup. Bahkan di antara mereka semua, Titi lah yang menyumbangkan energi psikis terbesar. Ia ingin meminta tolong pada mama Ari, tapi ia tak bisa melakukannya sekarang. Sedikitpun gerakan ceroboh yang ia lakukan dapat berakibat fatal.

Tapi di samping itu, mama Ari juga tampak tak sedang memperhatikannya saat ini, wanita itu malah sibuk mengamati aktivitas Tomi tanpa mengetahui bahwa posisi Titi sudah sangat amat terpojok sekarang.

Di sisi lain, Tomi juga sudah mulai mengeluarkan seluruh energi tubuhnya untuk disalurkan ke tubuh Ari, namun media transfer yang diciptakan oleh Titi belum cukup kuat hingga dari sudut matanya saja, gadis itu dapat melihat banyak sekali energi Tomi yang tak dapat masuk ke dalam tubuh Ari lalu terbuang percuma.

Titi mulai pasrah. Jika memang ini yang harus terjadi, maka ia harus menjalaninya. Mungkin Tuhan memang menakdirkan Tomi dan Ari untuk mati.

Namun gadis berjilbab itu harus tetap berjuang saat ini. Dia menjadi tumpuan utama dari harapan orang-orang yang ada di sini. Hatinya menjerit kencang, membuat seluruh otot yang ada pada tubuhnya menegang. Bahkan pembuluh darah di sekitar mata Titi muncul begitu saja, menandakan bahwa Titi sudah mulai memainkan level tertinggi dari kekuatannya.

Pada saat yang sama, intensitas cahaya dari mata Titi sedikit demi sedikit mulai menerang, diikuti dengan semakin lemasnya tubuh teman-teman yang sudah mengumpulkan titik fokusnya pada Titi.

Tubuh mereka mulai dibanjiri oleh keringat. Bahkan Kak Hana dan Juli pun sampai jatuh berlutut di tempat mereka. Energi psikis mereka telah terkuras sangat banyak.

Sesungguhnya mereka tak menyalurkan energi terlalu banyak, namun Titi lah yang menyerap energi mereka karena tak punya pilihan lain. Ini demi berhasil nya ritual mereka untuk mengembalikan Ari.

Energi Tomi sedikit demi sedikit mulai bisa masuk ke dalam tubuh Ari. Titi bersyukur untuk itu. Yang perlu ia lakukan hanyalah bertahan seperti itu hingga prosesi itu berhasil.

Namun akhirnya hal itu membuat ia berpikir-pikir lagi.

Bagaimana jika nanti Tomi mati?

Bagaimana nasib Kak Hana?

Bagaimana nasib Ari nanti saat mengetahui kalau Tomi sudah mengorbankan nyawa untuk dirinya?

Segala bentuk kesedihan yang mungkin datang di masa membuat konsentrasi Titi lagi-lagi goyah. Kali ini cahaya dari matanya tak meredup seperti tadi, melainkan semakin terang benderang, bersinar tak tentu arah.

Gadis itu menyerap energi psikis teman-teman yang lain terlalu banyak hingga mereka semua jatuh berlutut kecuali Titi dan Om Raju. Juli pun bahkan tampak merintih kesakitan dan seluruh permukaan seragam sekolahnya telah dibanjiri oleh peluh. Sedangkan energi tubuh Tomi yang dialirkan ke tubuh Ari juga sudah hampir mencapai sepertiga dari keseluruhan. Tubuh Ari sudah tak terlihat membiru lagi, tapi jantungnya masih belum berdetak dan otaknya sama sekali belum bisa berfungsi.

Mendadak, kengerian dalam hati Titi mulai bertambah saat ia merasakan bahwa energi psikis teman-temannya sudah hampir melewati batas. Jika Titi memaksa mereka untuk melewati batas, bisa jadi kekuatan yang mereka miliki lenyap.

Hati Titi sakit. Mungkin ia sudah salah mengambil keputusan untuk menyerap paksa energi psikis teman-temannya. Gadis itu terisak dalam diam. Air mata mulai membasahi kedua pipinya saat ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan lain selain melenyapkan kekuatan teman-temannya, atau menggagalkan prosesi itu.

Saat kekuatan Titi mulai menggila tanpa arah, mendadak suasana luar kamar langsung menyepi. Titi tak tahu apa yang sedang terjadi di luar, dia tak mungkin bisa melakukan telepati di saat seperti ini.

Hingga beberapa saat kemudian hawa dingin nan sejuk mulai menyelimuti kepalanya. Ia merasakan satu titik fokus orang asing dengan kekuatan super power mulai tertancap di pikirannya, memberi Titi energi psikis dengan daya yang besar.

Kekuatan siapa ini?

Siapa yang sudah membantunya?

Beberapa detik kemudian, satu persatu titik fokus dari banyak orang mulai menyatu di kepalanya. Titi tak sempat menghitung berapa banyak orang yang telah ia kumpulkan. Di antara orang-orang itu, hanya ada satu penyumbang energi yang memiliki kemampuan khusus, sedangkan lainnya hanyalah manusia biasa.

Mendengar kesunyian tiba-tiba dari luar kamar membuat mama Ari menghampiri pintu dan membukanya.

Hati mama Ari mencelos begitu melihat Salma dan para anak-anak panti lainnya tengah menengadahkan tangan di depan, memberikan doa-doa pada Ari, dibimbing oleh Nicholas dan para pengurus panti yang lainnya.

Di sisi lain, Titi sudah menduga, pasti doa-doa dari mereka lah yang membuat energi psikis yang mereka miliki terkumpul di pikirannya.

Saat ini, sebulir air mata jatuh dari pelupuknya. Haru biru rasanya, tak menyangka kalau Nicholas dan yang lainnya sangat peduli dengan Ari. Banyak orang yang peduli pada anaknya itu. Ia sudah membesarkan seorang anak yang luar biasa dengan berbagai kekurangan.

Jadi sekarang ia tak boleh patah semangat. Ia harus optimis dengan keberhasilan ritual ini.

Mama Ari masih berdiri di ambang pintu, sedangkan di dalam kamar, jantung Ari mulai berdetak sangat lemah, dan tubuh Tomi mulai layu seiring berkurangnya jumlah energi tubuhnya sendiri. Tampak kantung mata cowok itu yang mulai sedikit menghitam karena lebih dari sepertiga nyawanya sudah ia berikan pada Ari.

Titi dan teman-teman melihat hal itu. Hati mereka mencelos saat melihat Tomi berjuang memberikan nyawanya pada Ari di detik-detik terakhir hidupnya. Mereka membayangkan bagaimana nanti jika Tomi sudah tak ada lagi di dunia ini.

Cinta Tomi begitu tulus pada Ari sampai ia melakukan hal seberani ini demi Ari.

Titi yang paling merasa terpukul di antara teman-teman yang lainnya. Jika Tomi meninggal, maka Ari pasti.....

Tidak bisa!!

Tidak boleh!!

Tomi harus tetap hidup, dan Titi harus segera mencari tahu bagaimana cara untuk mempertahankan nyawa Tomi!

Gadis berjilbab itu memutuskan untuk membagi fokusnya menjadi dua. Selama ia mendapatkan kumpulan energi yang cukup dari orang-orang yang ada di sekitarnya, Titi dapat melakukannya. Ia melakukan

Jadi saat ini, Titi harus bisa berpikir kritis dan analitis. Tomi sudah hampir membagikan setengah nyawanya pada Ari.

Setelah ini mereka akan memiliki masing-masing setengah nyawa.

Kemungkinan besar setelah Tomi melewati fase tersebut, tubuhnya akan rubuh dan tak sadarkan diri, namun dia masih bisa menyalurkan energi jiwanya pada Ari.

Eh, tunggu dulu!!

TUNGGU DULU!!!!

Sesuatu seperti menyentil Titi, membuat ia kembali meninjau kembali kalimat-kalimat yang barusan dipikirkannya. Hingga ia terpaku pada satu kalimat kesimpulan dan sedikit bersifat hipotesis.

Jika mereka masing-masing memiliki setengah nyawa di saat yang bersamaan, maka Titi berpikir mungkin mereka berdua akan berada pada fase koma.

Yang berarti mereka berdua masih dapat hidup bersama-sama lagi. Namun jika nyawa Tomi sudah berada di bawah lima puluh persen, maka ia sudah tak bisa ditolong lagi walaupun energi nyawa dari tubuhnya akan terus mengalir hingga titik nol.

Jadi intinya, Titi harus mengambil ancang-ancang untuk menghentikan aktivitas ritual tersebut tepat saat Tomi dan Ari masing-masing memiliki lima puluh persen nyawa mereka.

Bahkan saat ini, mata Titi dapat melihat roh halus yang tiba-tiba turun secara perlahan dari langit-langit kamar itu lalu turun ke bawah dan tergeletak lemas di samping Tomi. Kedua mata roh itu masih terpejam.

Itu tubuh astral milik Ari! Tak salah lagi!

Syukurlah!! Titi benar-benar sangat senang melihatnya, walaupun tubuh astral Ari masih belum membuka mata, tapi Titi yakin saat ia sudah mendapatkan lima puluh persen nyawa dari Tomi, roh itu akan mampu membuka matanya.

Sebentar lagi, Tomi akan memasuki fase nyawa lima puluh persen, dan Titi tidak boleh terlambat, ataupun terlalu cepat dalam menghentikan aktivitas Tomi.

Jantungnya berdegup kencang tak karuan. Jika ini berhasil, maka ia akan menjadi orang paling bahagia sedunia dengan kembalinya hubungan antara Tomi dan Ari.

Fokus, Titi!

58 %

Saat ini masa depan mereka ada di tanganmu.....

56 %

Lakukan secara tepat waktu.....

54 %

Berdoa dahulu sebelum melakukannya....

52 %

Tinggal dua persen lagi. Kening Titi mulai berkeringat karena kedua matanya sejak tadi memindai berapa persen energi jiwa pada tubuh Tomi.

Deg.....

DEG.....

50 %

SEKARANG!!!

Dengan cepat dan sigap, Titi menghentikan media cahaya dari kedua bola matanya, lalu melepaskan genggaman tangan teman-temannya.

Gadis itu menekan dua sisi kepala Tomi dengan tangannya lalu melakukan hipnotis cepat dengan pikirannya untuk menghentikan aliran energi nyawa pada tubuh cowok itu. Dalam sekejap mata, tubuh Tomi lunglai dan ambruk ke depan menindih tubuh Ari yang berada di bawahnya.

Pada saat yang sama, Mama Ari mendengar suara aneh dari kamar pun langsung masuk lagi ke dalam kamar dan melihat semua orang di dalam kamar sudah dalam keadaan tak sadarkan diri kecuali Titi dan Om Raju.

"Ada apa ini?! Kenapa jadi seperti ini?!" seru mama Ari kaget.

Titi tak menggubris pertanyaan wanita itu. Saat ini penjelasan darinya tidaklah begitu penting. Ada hal yang lebih penting yang harus segera mereka lakukan sekarang.

"TANTE! CEPET KITA BAWA ARI DAN TOMI KE RUMAH SAKIT!!" sahut Titi dengan suara yang lebih lantang.

Kini dua orang cowok yang berbaring di atas kasur itu sedang berada pada kondisi koma total. Titi tak tahu apakah dia tadi melakukannya tepat waktu atau tidak. Namun sekarang kondisi kritis Ari dan Tomi hanya dapat diselamatkan oleh dokter di rumah sakit.

-


-


-


(Bersambung....)


-


Comments

Popular posts from this blog

7 Cerita Boyslove Wattpad Terbaik Versi Qaqa Kazu

Generation (Chapter 24/ Final)

Heartbeat (Chapter 21/ Final)