Fortune Cookie (Chapter 05)



Shinji melonjak kaget ketika Ryota sudah berada di belakangnya.

Tak lama handphone Shinji bergetar. Ketika ia mengeluarkannya, ternyata itu sms dari Kazuya yang isinya bahwa Kazuya sedang ada urusan jadi ia minta maaf kalau janjian hari ini di tunda besok saja.

Seketika, mood Shinji langsung berubah jadi buruk. Ia menghembuskan napas berat sambil memasukkan handphone-nya kembali ke saku celana.

"Ada apa? Ada masalah?" tanya Ryota yang dari tadi ternyata belum beranjak pergi.

"Mau tahu saja urusan orang lain." jawab Shinji malas.

"Aku tadi kan sudah minta maaf. Kenapa kamu masih cemberut begitu?" tanya Ryota sambil memperbaiki letak topi dan kacamatanya, berharap penyamarannya masih berfungsi dengan sangat baik.

"Iya. Iya. Sudahlah! Lupakan hal yang tidak penting tadi. Tidak usah di ungkit-ungkit lagi." jawab Shinji.

Ryota tersenyum dari balik kacamata hitamnya. Shinji memang bukan tipe orang pendendam. Lagipula Shinji juga tidak mau memperkeruh suasana hatinya.

Shinji pun berjalan menyusuri trotoar untuk segera pulang. Tapi Ryota segera menyusul Shinji dan berjalan menjajarinya.

"Mau langsung pulang?" tanya Ryota.

"Memang mau kemana lagi?" Shinji balas bertanya.

"Aku mau pergi keliling Hokkaido hari ini sebenarnya. Tapi tidak ada teman." ucap Ryota mencoba memancing dan mengalihkan perhatian Shinji. Tapi terlihat Shinji tidak merespon.

Tapi belum sempat Ryota mengoceh lagi, tiba-tiba tubuh Shinji langsung rubuh ke arah Ryota.

Ryota yang refleks langsung menangkap tubuh Shinji yang pingsan.


***


Shinji membuka matanya yang berat dengan perlahan.

Langsung saja di depan kedua matanya terdapat sebuah wajah tampan yang sudah tidak asing lagi.

"Kamu sudah sadar?" tanya Ryota. Shinji tidak menjawab, malah mencoba untuk mendudukkan badannya yang masih agak lemah sambil dibantu Ryota.

"Aku.. dimana aku?" tanya Shinji yang sambil melihat ke sekeliling ruangan.

"Kita ada di klinik. Kamu tadi pingsan dan membuatku cemas. Untungnya aku ingat ada klinik di area sini. Jadi kamu langsung aku gendong saja ke klinik ini." kata Ryota.

Setelah melihat sekeliling, Shinji memandang Ryota. Ia baru sadar kalau Ryota sudah melepas topi dan kacamata hitamnya. Ryota memang tampan. Pantas saja ia punya banyak penggemar.

"Sudah berapa lama aku disini?" tanya Shinji.

"Baru 30 menit. Tidak telalu lama sih. Tapi lelah juga kalau disuruh menunggu." jawab Ryota.

"Hei! Memangnya ada yang memintamu untuk menungguku?" tanya Shinji ketus.

"Kenapa marah-marah lagi sih? Bukannya terimakasih sudah ditolong. Tahu gini tadi aku tinggal saja tergeletak di trotoar." balas Ryota tak kalah ketus.

Shinji terdiam. Ia menunduk. Ia melupakan bagian itu. Bagian dimana Ryota menolongnya dan membawanya ke klinik. Shinji tidak boleh bersikap egois.

"Terimakasih sudah menolongku," ucap Shinji.

"Apa? Aku tidak dengar." Ryota usil sambil menaruh telapak tangannya di belakang telinga.

"Terimakasih." ucap Shinji sekali lagi dengan volume suara sedikit lebih keras.

"Apa?! Kurang keras."

"Terimakasih!" Shinji agak berteriak.

"Coba ucapkan sekali lagi."

"Aaah! Sudahlah!" Shinji memukul pundak Ryota sambil tersenyum. Ryota tertawa kecil.

"Aku mau pulang saja." ucap Shinji.

"Baiklah! Mau jalan sendiri, atau mau di gendong?" tanya Ryota sambil memasang kembali topi dan kacamata hitamnya.

"Mau terbang saja!" balas Shinji yang membuat Ryota kembali tertawa.


***


Sejak saat itu, Shinji sudah tidak pernah melihat Ryota lagi. Bahkan berpapasan sekalipun. Mungkin proyek syutingnya di Hokkaido sudah selesai. Lagian Ryota pasti juga masih sekolah.

3 hari lagi, liburan musim panas akan berakhir. Hari ini Shinji bersiap pulang ke Kyoto bersama Kazuya.

Shinji merasa cukup senang bisa pulang ke Kyoto ditemani guru mudanya itu.

Sesampainya di stasiun di Kyoto, hari sudah senja. Shinji dan Kazuya saling berpamitan.

"Kamu jangan lupa. Belajar terus. Pertahankan nilai dan peringkatmu di tahun ajaran baru ini." kata Kazuya memberi dorongan untuk Shinji.

"Aku yakin aku pasti bisa. Jangan khawatir, Kazuya." balas Shinji.

"Ya sudah kalau begitu. Sampai jumpa di sekolah." Kazuya merangkul Shinji sebentar lalu melepasnya.

Shinji sempat sedikit kaku ketika Kazuya merangkulnya. Tapi toh mungkin itu hanya sebatas persahabatan saja. Tidak lebih.


***


Besok sudah mulai sekolah lagi. Kegiatan Shinji hari ini adalah membeli peralatan tulis untuk tahun ajaran baru.

Kalau di pikir-pikir memang terasa agak mendadak. Tapi kemarin Shinji memang terlalu lelah setelah perjalanan naik kereta hingga ia memutuskan untuk menundanya.

Dan hari ini, Shinji harus sudah siap segalanya.

Ketika Shinji sedang berganti kemeja di kamarnya, tiba-tiba handphone-nya berbunyi. Ia segera mengeluarkannya.

Kasumi menelponnya. Ia baru sadar kalau selama liburan ia melupakan sahabat karibnya itu.

"Hallo! Kasumi!" seru Shinji.

"Shinji! Aku rindu sekali padamu! Aku baru tiba di Jepang hari ini. Dan aku langsung teringat sama kamu." suara Kasumi di seberang terdengar sangat ceria. Pasti liburannya di Pulau Bali sangat mengesankan.

"Aku juga, kau tahu? Bagaimana kalau kita ketemuan?" tanya Shinji.

"Oke! Dua jam lagi ya di Kedai Es Krim. Aku belum mandi nih. Ada banyaaak sekali hal yang ingin aku ceritakan padamu!" kata Kasumi.

"Oh ya? Wah, pasti liburanmu bersama keluarga besarmu di Indonesia sangat menyenangkan! Apalagi kamu kan liburannya di Pulau Bali! Kamu tahu kan kalau sahabatmu yang satu ini sangat ingin sekali kesana." kata Shinji.

"Iya deh. Nanti kalau aku ke sana lagi aku kasih tahu. Siapa tahu ayah dan ibumu bisa mengijinkan. Ya sudah. Aku mandi dulu. Sampai jumpa dua jam lagi ya!" Kasumi langsung menutup panggilan sebelum Shinji sempat membalas salam.

Dua jam lagi. Setidaknya dua jam sudah cukup bagi Shinji untuk membeli peralatan tulis.


***


Arloji di pergelangan Shinji menunjukkan pukul 11.32 waktu setempat.

Ia mempercepat langkah kakinya menuju Kedai Es Krim sambil menenteng belanjaan dari toko buku.

Begitu sampai, Shinji langsung masuk ke dalam kedai dan menemukan Kasumi yang tengah melambaikan tangan padanya. Tapi Kasumi tidak sendiri. Ia bersama seorang laki-laki.

Begitu Shinji sampai di meja tempat Kasumi duduk, Kasumi dan laki-laki itu langsung berdiri. Laki-laki itu jangkung. Matanya bulat, alisnya tebal. Tidak seperti kebanyakan orang Jepang pada umumnya.

"Shinji! Kau apa kabar? Baik saja kan?" tanya Kasumi.

"Selalu baik. Kabarmu sendiri?"

"Seperti biasa lah." balas Kasumi. Shinji langsung memandang pria di sebelah Kasumi.

"Oh iya. Kalian belum berkenalan ya? Perkenalkan, ini sahabatku, namanya Shinji. Shinji, ini saudaraku dari Indonesia. Namanya Gamal. Dia anak bungsu dari adik bungsu ibuku. Ia bersama ayah dan ibunya berencana menetap di Jepang karena urusan pekerjaan," ujar Kasumi memperkenalkan satu sama lain.

Sekarang Shinji baru 100% benar. Laki-laki bernama Gamal ini bukan orang Jepang. Beda dengan Kasumi yang masih terlihat seperti orang Jepang karena ayahnya asli warga Jepang sedang ibunya dari Indonesia.

"Senang bertemu, Gamal!" ucap Shinji dengan lidah agak kaku karena jarang menggunakan huruf L ketika berbicara. Oh! Apakah Shinji tadi mengucapkan kalimatnya dalam bahasa Jepang? Apakah Gamal bisa berbahasa Jepang?

"Senang bertemu denganmu juga, Shinji." balas Gamal dalam bahasa Jepang sambil tersenyum sambil berjabat tangan sebentar.

Oh syukurlah. Gamal bisa berbahasa Jepang. Walaupun Shinji mendengar beberapa artikulasi yang aneh dari kalimat Gamal. Ia mendengar huruf R yang di lafalkan oleh Gamal bergetar.

Jelas saja, Gamal orang Indonesia. Pasti budaya disana dan disini berbeda sekali.

Dan kalau di perhatikan secara seksama, Gamal memiliki tipe wajah sensual yang memikat dan tampan.


[Bersambung...]


Previous Chapter | Next Chapter


Comments

Popular posts from this blog

7 Cerita Boyslove Wattpad Terbaik Versi Qaqa Kazu

Generation (Chapter 24/ Final)

Heartbeat (Chapter 21/ Final)