Fortune Cookie (Chapter 09)



Shinji terbelalak, antara percaya dan tidak percaya.

"Memangnya kamu bisa?" tanya Shinji meragukan kata-kata Ryota.

"Kamu meremehkanku?"

"Tidak. Bukannya meremehkan. Hanya saja terkadang kata-katamu terdengar tidak meyakinkan," balas Shinji.

"Aku sudah pernah membantu kakakku membuat fortune cookie selama beberapa kali, kau tahu? Tapi kalau kamu tidak mau ya sudah...," Ryota berdiri dan hendak beranjak pergi. Tapi Shinji langsung bergerak cepat menahan lengan kiri Ryota.

"Tunggu!" ucap Shinji dalam bentuk sebuah bisikkan yang terdengar jelas. Shinji masih sadar kalau dirinya sekarang berada di ruang perpustakaan.

"Ada apa? Katamu kamu tidak mau aku ajari?" tanya Ryota pura-pura kesal.

"Aku tidak pernah bilang begitu," Shinji masih ingat perkataannya tadi, dan ia memang belum pernah berkata demikian.

"Terus gimana? Mau aku ajari tidak?" Ryota

berusaha men-skakmat. Terlihat Shinji yang agak malas. Tapi dalam hati ia ingin sekali bisa membuat, paling tidak tahu bagaimana cara membuat fortune cookie.

"Baiklah. Aku mau," jawab Shinji.

Ryota menyunggingkan senyum kemenangan.

"Baiklah, nanti kita langsung ke apartemenku sepulang sekolah," gagas Ryota.

"Ap... apa?! Ke apartemenmu?"

"Iya. Memangnya ke mana lagi? Di apartemenku lebih nyaman."

"Kau pikir rumahku tidak nyaman?!" Shinji agak sewot.

"Bukannya begitu. Nanti kalau kita ke rumahmu sudah pasti kedatanganku bakal merepotkan orangtuamu. Aku hanya tidak enak saja." jawab Ryota. Shinji menimbang-nimbang lagi.

"Oke. Deal."

***

Bel pulang sekolah berbunyi 5 menit yang lalu. Jam menunjukkan pukul 03.05 waktu setempat. Shinji menunggu di gerbang sekolah. Menunggu Ryota. Entah kenapa tadi ia tidak bertanya dimana atau kapan Ryota menjemputnya. 10 menit berlalu. Belum ada tanda-tanda kalau Ryota datang. Apakah Shinji harus kembali masuk ke dalam area sekolah? Ah! Sebaiknya ia menunggu di sini saja. Toh nanti siapapun yang masih berada di dalam sekolah bakal keluar lewat gerbang ini.

Shinji melirik arlojinya lagi. Pukul 03.22 sore waktu setempat. Sudah 15 menit ia menunggu. Sepertinya murid-murid yang lain juga pulang. Ah! Seharusnya tadi ia pulang saja. Percuma juga ia menunggu disini jika Ryota tidak datang. Shinji menghembuskan napas putus asa lalu melangkah pulang menjauhi gerbang sekolah.

Baru beberapa langkah, tiba-tiba ia mendengar seseorang berteriak di belakangnya.

"Hei! Arah rumahku bukan ke sana, tapi ke sini!" Shinji menghentikan langkahnya dan berbalik. Terlihat seseorang yang tengah duduk di atas motor besar hitam. Mengenakan celana jeans biru tua dan kaos putih yang dibalut kemeja bermotif kotak-kotak merah hitam. Dengan kaca helm yang dibuka, terlihat orang itu memakai kacamata lensa hitam untuk menyembunyikan identitasnya.

Shinji langsung berlari ke arah orang itu.

"Kamu terlambat! Aku sudah hampir putus asa menunggumu di gerbang sekolah!" gerutu Shinji.

"Kok kamu jadi sewot begitu? Jadi bikin fortune cookie tidak?"

Shinji terdiam.

"Iyaaa....," jawab Shinji agak malas.

"Nah! Gitu dong! Nih helmnya."

Begitu mengenakan helm, Shinji langsung naik ke atas motor Ryota dan duduk di belakangnya.

"Kita ke rumahmu dulu."

"Kenapa?" tanya Shinji bingung.

"Apakah kamu mau nanti pulang terlambat terus diomeli orangtuamu karena masih mengenakan seragam sekolah?" tanya Ryota.

"Iya! Iya!"

***

Shinji dan Ryota memasuki gedung apartemen mewah yang memang letaknya cukup jauh dari sekolah. Gedung ini hanya terdapat 3 lantai saja. Tapi areanya luas, hingga mungkin terdapat 10 sampai 14 apartemen di gedung ini.

Langkah kaki mereka berhenti tepat di depan pintu apartemen bernomor 009 yang letaknya di lantai 3. Ryota membuka kunci pintu dan membukanya.

"Ayo masuk!" ajak Ryota.

Shinji menurut dan melangkah memasuki apartemen Ryota. Begitu, Shinji masuk, Ryota menutup pintu.

"Kau tinggal sendiri di apartemen sebesar ini?" tanya Shinji terpukau dengan dekorasi interiornya yang enak dipandang serta

ruangannya yang cukup luas.

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Tidak. Hanya saja apartemen ini kelihatannya terlalu besar untuk dihuni satu orang saja."

"Kenapa kamu berpikir kayak gitu? Atau jangan-jangan kamu ingin menemaniku tinggal disini?" gurau Ryota lalu tertawa kecil. Shinji hanya memanyunkan bibir sambil memutar bola matanya.

"Kapan kita bikin fortune cookie-nya?" tanya

Shinji sambil duduk di sofa. Ia berusaha untuk tidak terlalu berlama-lama dirumah Ryota. Padahal mungkin banyak sekali wanita-wanita berada diluar sana yang sangat ingin sekali berada disini.

"Kenapa harus buru-buru? Baru pukul setengah 5 sore." ucap Ryota santai sambil mengambil dua kaleng minuman bersoda dari dalam kulkas yang letaknya tidak jauh dari mereka.

Shinji tidak menjawab ketika Ryota duduk di

samping kanannya dan memberikan salah satu kaleng minuman.

"Terimakasih." ucap Shinji sambil

menerimanya. Ryota membuka kaleng dan langsung meminumnya sedikit.

"Di Kyoto sini aku tidak punya teman sama

sekali, kau tahu?" ucap Ryota tiba-tiba.

Sepertinya ia mulai mengabaikan rencana utama kenapa mereka disini.

"Tidak mungkin. Kamu kan artis. Penyanyi yang populer, kata temen-temen. Pasti kamu banyak disukai mereka."

"Tidak. Mereka tidak suka. Mereka seperti

cemburu denganku karena banyak wanita yang suka padaku. Aku memang punya beberapa teman dekat di Tokyo. Artis juga. Tapi kalau di Kyoto, mungkin hanya kamu orang yang pernah datang ke apartemenku ini." ucap Ryota lalu meminum minumannya lagi. Shinji membeku. Ia tidak tahu harus berkata apa.



(Bersambung...)


Previous Chapter | Next Chapter


Comments

Popular posts from this blog

7 Cerita Boyslove Wattpad Terbaik Versi Qaqa Kazu

Generation (Chapter 24/ Final)

Heartbeat (Chapter 21/ Final)