Secondary (Chapter 19)
Angin lembut semilir menyapu wajah White dan membuatnya terjaga. Ia sekarang berada di sebuah ruangan yang cukup ia kenal. Ini adalah kamar penginapan di pusat Kota Bintang Jatuh.
Dirinya sudah diselamatkan dari serangan para Black Ape liar itu.
Ia sudah merasa agak mendingan sekarang. Ketika ia hendak bangun, mendadak sesuatu yang berat menindih tangan kanannya.
Betapa terkejutnya dia ketika melihat Mastrix sedang duduk tertidur di tepi tempat tidur sambil menggenggam tangan kanan White. Kepala Mastrix tergolek di atas tangannya. Beberapa anggota tubuh dan kepalanya dibalut perban. Sepertinya luka di kening Mastrix yang terkena serangan Black Ape tidak bisa di sembuhkan oleh Green Potion.
Wajahnya tampak sangat menggemaskan ketika sedang terlelap begini.
"Mastrix," panggil White dengan hati-hati. Namun Mastrix terbangun dengan cepat.
"White, kau sudah sadar. Bagaimana keadaanmu. Apakah kau masih merasa lemas?" tanyanya.
White tersenyum. Mastrix sepertinya begitu khawatir dengan keadannya. "Aku tidak apa-apa. Dimana yang lainnya?"
"Mereka sedang ada di lantai satu. Tunggu sebentar. Aku akan turun dan memberitahu mereka kalau kau sudah sadar!" seru Mastrix lalu berlari keluar kamar.
White tersenyum lagi melihat tingkah Mastrix yang lucu. Tapi kenapa ia begitu khawatir padanya? Atau jangan-jangan dia sudah tahu jatidirinya di dunia nyata? Tapi itu tidak mungkin. Yang tahu hal itu hanya Delmora, Josias, dan Top.
Ia segera bangun dan duduk di tepian tempat tidur, menunduk menatap tangan kiri dan kaki kanannya yang juga dibalut perban.
Beberapa saat kemudian, Mastrix muncul dari balik pintu bersama yang lainnya. Termasuk Reyori dan dua orang lagi yang belum dia kenal.
Angela langsung menghambur memeluk adiknya. "Kau membuatku khawatir setengah mati! Bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Aku sudah merasa lebih baik, Kak," jawabnya. Angela melepas pelukannya lalu menjewer kedua pipi adiknya dengan gemas.
"Untunglah teman-teman Reyori datang tepat pada waktunya dan bisa menolong kalian dari serangan Black Ape," kata Laydrown.
Reyori mendekat sedikit bersama kedua temannya. Satu wanita dan satu lagi pria. Mereka berdua memiliki kostum yang hampir senada dengan kostum milik Reyori, yaitu nuansa kuning yang dominan.
"Perkenalkan, ini Jenna, dari ras Demon, job-nya adalah Bard dengan memainkan instrumen dari alat musik harpa," kata Reyori memperkenalkan Jenna yang memiliki penampilan berbeda dibandingkan dengan dunia nyata yang tampak pemalu dan selalu berlindung dibalik kacamatanya.
Jenna tidak seperti ras demon kebanyakan, ia tetap memiliki kulit yang sama putih dengan dunia nyata, tapi rambutnya merah dan menutup seluruh tepi wajahnya kecuali bagian dagu, rambutnya diikat ke belakang, sama seperti White. Juga tampak sepasang tanduk hitam mengkilap di atas kepalanya, bola mata merah liar serta kedua tangan yang tampak bersisik seperti monster memegang sebuah harpa putih sebesar tas ransel, dan kuku jarinya yang panjangnya sekitar lima sentimeter. Selain itu sepasang sayap kulit yang berwarna putih pucat.
"Jenna sudah menyelamatkanmu tadi. Dia menyerang para Black Ape dengan alunan nada dari harpanya," tutur Reyori.
"Wow. Hebat sekali. Terimakasih atas pertolonganmu. Namaku White. Senang berkenalan denganmu," ujarnya sambil berjabat tangan dengan Jenna yang terasa kasar. Ia bingung kenapa kedua temannya menggunakan nama asli mereka untuk bermain.
"Iya. Sama-sama. Senang juga berkenalan denganmu," balasnya dengan suara merdu. Jenna tampak sangat percaya diri di dunia Secondary. Dalam hati, White tertawa terpingkal-pingkal, menyadari kalau Reyori dan Jenna masih belum mengetahui kalau ia adalah Tenggara.
White memandang teman Reyori dan Jenna yang lain, seorang laki-laki dengan kepala berbentuk seperti serigala dan bulu merah kecokelatan di sekujur tubuhnya. Dia memandang White dengan senyum-senyum. Laki-laki yang aneh.
"Dan yang ini Seergrowl, ras beast, job-nya Warrior," kata Reyori.
Napas White tercekat mendengarnya.
Seergrowl....? Beast....?
Warrior........?
Laki-laki itu Top! Tidak salah lagi. Itu pasti dia! Pantas saja dari tadi manusia serigala itu senyum-senyum terus pada White. Dia pasti sudah tahu kalau dirinya adalah Tenggara.
'Mampus aku!' gerutunya dalam hati.
"Hai. Salam kenal White. Kau benar-benar penyihir putih yang hebat, bisa bertahan dari serangan puluhan kera itu," ujarnya sambil tersenyum aneh kepada White seakan-akan berkata 'akhirnya, kau tertangkap'.
White hanya tersenyum meringis dan menangis meraung-raung di dalam hatinya, sambil berharap supaya anak ini bisa menjaga mulutnya untuk tidak mengungkapkan identitas aslinya pada orang-orang yang belum tahu.
Tanpa sengaja, ia menatap Reyori. Ia baru ingat kalau dia belum tahu karakter Reyori. Tapi dilihat dari penampilannya, sepertinya ia berasal dari ras manusia. "Bagaimana denganmu, Reyori? Apa ras dan job-mu?"
Alisnya terangkat seketika. "Benar juga. Kau belum tahu ya? Aku dari ras manusia, job-ku adalah Berserker," ujarnya dengan penuh ceria.
Memdadak semua yang ada disitu langsung bengong mendengarnya, kecuali Jenna dan Seergrowl tentu saja.
Berserker adalah job yang memiliki poin attack paling tinggi di antara job yang lain, karena mereka menggunakan senjata berat untuk bertarung. Tapi bagaimana mungkin seorang gadis seperti Reyori memilih job yang sangat 'jantan' seperti itu?
"Lalu dimana senjatamu? Kenapa di padang rumput tadi tidak membawa senjata?" tanya Mastrix.
Reyori dengan ceria menunjuk sebuah kapak sebesar gitar yang bersandar di dinding dekat mereka. "Itu senjataku. Tadi sebelum aku pergi ke padang rumput, aku lupa membawanya. Aku kira sudah ku taruh di belakang punggung, tapi ternyata malah tertinggal," jawab Reyori.
White tersentak. Ia kira kapak itu tadi hanyalah pajangan. Tapi ternyata itu senjata Reyori.
"Ngomong-ngomong, terimakasih tadi sudah menolongku," kata Reyori dengan mata berbinar-binar memandang White, membuatnya sedikit risih.
Ia memandang kakaknya. "Kak, bagaimana denganmu? Apakah kau sudah bertemu dengan seorang penyerang jarak jauh?" tanyanya.
"Ketemu apanya? Daerah timur Kota Bintang Jatuh itu ternyata hanya ada hutan rawa. Yang kita temui malah makhluk-makhluk rawa," omel Angela.
White merenung sebentar sambil memandang Reyori, Jenna dan Seergrowl. "Bagaimana kalau kita mengajak mereka bertiga untuk masuk ke dalam tim?"
Angela menaikkan kedua alisnya. "Oh, kau belum tahu ya? Mereka bertiga sekarang sudah satu tim dengan kita. Jadi total tim kita sudah tujuh orang. Kita sudah mendaftar kompetisi itu. Judul kompetisinya "Get The House", judul yang enggak benget sih menurutku. Tim kita enam orang pemain inti dan satu orang pemain cadangan. Maaf ya, kamu baru tahu soal ini. Kamu juga sih, pingsan sampai empat jam lebih," omel Angela.
"Wah! Bagus kalau begitu! Bagaimana dengan nama tim kita? Dan siapa yang menjadi pemain intinya?" tanya White dengan semangat.
"Nama tim kita adalah 'Viva Squad'. Bagus kan? Tadi waktu aku mendaftar, sudah ada sekitar lima belas tim yang terdaftar. Pemain inti dari tim kita ialah aku, Laydrown, Mastrix, Reyori, Jenna, dan Seergrowl. Kamu jadi pemain cadangan," jawab Angela dengan begitu tenangnya.
Sedangkan White tampak tidak terima. "Apa?! Aku pemain cadangan? Ayolah, Kak! Ini tidak adil," omelnya.
"Tidak usah bawel. Kamu itu levelnya paling rendah di antara kita semua."
"Tapi, Kak, tadi aku sudah mengalahkan satu Black Ape. Pasti levelku sudah naik. Status!!" serunya disertai kemunculan status profil White. Namun disana tertulis kalau level White hanya 23, naik satu level saja.
"Tuh kan? Levelmu itu masih jauh dibawah kita semua yang sudah berada di level tiga puluh ke atas," kata Angela.
"Bagaimana dengan Reyori, Jenna dan Seergrowl?"
Angela jadi agak jengkel. "Reyori dan Jenna level tiga puluh empat, Seergrowl level tiga puluh satu."
Mendengar kalimat tersebut membuat White melongo. Ia langsung menunduk. Memang benar, dirinya paling lemah di antara mereka semua. Salahnya sendiri memilih job yang lemah.
Beberapa saat kemudian ia mendongak dan tersenyum. "Baiklah kalau begitu. Aku bisa terima. Tapi lihat saja nanti, aku akan jadi yang terkuat di antara tim kita!" ucapnya dengan penuh semangat.
"Begitu dong. Ini baru White yang ku kenal," kata Angela sambil menepuk-nepuk kepalanya seperti anak kecil.
"Ya sudah kalau begitu. Kita bisa Log-Out sekarang. Untuk semuanya, tolong nanti malam jam sebelas sudah Log-In lagi. Kita akan mulai berlatih untuk kompetisi itu, supaya kita bisa memenangkan rumah itu," ujar Angela dengan menggebu-gebu.
"Baiklah kalau begitu. Kami berdua juga harus mengerjakan PR untuk besok. Sampai jumpa," kata Reyori lalu menghilang bersama Jenna.
"Aku baru sadar kalau besok ternyata Senin. Ada beberapa tugas kantor yang belum ku selesaikan. Log-Out!" seru Laydrown lalu tubuhnya menghilang.
"Aku lapar, belum makan siang. Aku duluan ya! Log-Out!" Seergrowl ikutan Log-Out.
Angela menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Aku benci Hari Senin. Ya sudah begitu. Aku juga ingin Log-Out karena tadi pagi lupa mencuci seragam kerjaku untuk besok. Sampai jumpa nanti malam. Log-Out," seru Angela lalu tubuhnya lenyap.
Kini tinggal ia dan Mastrix yang ada di dalam kamar penginapan itu. Mastrix duduk dengan tenang di samping White.
Mendadak, ia jadi ingat sesuatu sambil menepuk keningnya. "Oh iya. Aku lupa aku juga belum mencuci seragam sekolahku untuk besok. Log-Out!" seru White.
"Tunggu dulu!" seru Mastrix sambil meraih pergelangan tangan White dengan cepat, membuatnya tidak bisa Log-Out dari Secondary. Mereka saling memandang satu sama lain.
"Ada apa?" tanya White.
"Aku ingin membicarakan sesuatu," kata Mastrix dengan tatapan sayu. Sepertinya ia ingin membicarakan sesuatu yang cukup serius.
(Bersambung...)
Previous Chapter| Next Chapter
Apajah yabg di omongkan oleh matrix? Degdegannnn🗿
ReplyDeleteKeren kak ceritanya⊂(・▽・⊂)
ReplyDelete