Secondary (Chapter 20/ Final)



"Tunggu dulu!" seru Mastrix sambil meraih pergelangan tangan White dengan cepat, membuatnya tidak bisa Log-Out dari Secondary. Mereka saling memandang satu sama lain.


"Ada apa?" tanya White.


"Aku ingin membicarakan sesuatu," kata Mastrix dengan tatapan sayu. Sepertinya ia ingin membicarakan sesuatu yang cukup serius.


"Ingin bicara soal apa? Aku harus buru-buru mencuci seragamku untuk besok. Kalau bukan sesuatu yang penting, lebih baik nanti saja setelah kita Log-In lagi jam sebelas malam."


"Apa menurutmu aku tidak begitu penting bagimu? Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku ketika tadi kamu tidak sadarkan diri dengan waktu yang lama?"


White mengernyit. "A-apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan."


Mastrix melompat dari duduknya dan berdiri tepat di depan White. Ia memegang kedua pundak White dan menatapnya dalam-dalam. "Tolong jangan bilang kalau kau tidak mengenaliku, Tenggara!" seru Mastrix.


White terperanjat. Bagaimana mungkin Mastrix tahu kalau dia adalah Tenggara?


"Uhm.. Maaf, tapi aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Siapa itu Tenggara?" tanyanya pura-pura bodoh.


"Aku sudah mengenalimu sejak pertama kali memandang wajahmu. Akulah orang pertama yang melihatmu keluar dari Kuil Magician dan sedang diintimidasi oleh Totem dan teman-temannya. Aku Eleazar. Bisakah kau berhenti berpura-pura menganggapku seperti orang asing?" pintanya yang langsung membuat sekujur tubuh White merinding.


Eleazar bisa mengenalinya dengan sangat mudah. Dan selama ini ia juga berpura-pura tidak mengenali Tenggara.


"Ba-bagaimana bisa kamu......?"


"Wajahmu sebagai White sangat mirip sekali dengan wajahmu ketika kau kecil dulu," jawab Eleazar yang sontak membuat Tenggara membeku. Ia menunduk menatap kedua tangannya yang berada di atas pangkuan.


Sampai sebegitukah Eleazar mengingat dirinya? Bahkan selalu ingat lekuk wajahnya ketika dulu masih sekolah dasar.


Sepertinya ia sudah tertangkap basah sekarang dan tidak bisa mengelak lagi. "Oke. Aku mengaku kalau aku adalah Tenggara. Tapi aku minta tolong, jangan memberitahu yang lainnya ya."


"Baiklah. Aku bisa menutup mulutku jika itu yang kau mau. Dan selain itu, aku juga ingin bertanya sesuatu padamu," Eleazar kembali duduk di samping kanan Tenggara.


"Soal apa?"


"Kau belum memberitahuku bagaimana perasaanmu padaku."


Seketika, pipi Tenggara merona. "Pe-perasaan apa?"


"Tenggara, kau sudah tahu perasaanku padamu tidak pernah berubah. Bukankah kau ingat janjiku dulu saat kita masih kecil? Dulu aku pernah berjanji kalau kita bertemu lagi, aku akan menjadikanmu pangeranku," kata Eleazar. Tubuh Tenggara sekarang mulai terasa gerah.


"Kita sudah bukan anak kecil lagi. Bagaimana mungkin kau bisa menyukai seorang laki-laki seperti aku? Aku dan kau sama-sama seorang laki-laki."


"Aku tidak peduli hal itu!" seru Eleazar dengan nada tinggi membuat Tenggara kembali terbungkam.


"Yang ku tahu, aku mencintaimu. Ku mohon, katakan padaku sejujurnya, bagaimana perasaanmu," desak Eleazar sambil meraih kedua tangan Tenggara, namun Tenggara menarik tangannya.


Eleazar beranjak dari duduknya dan berlutut di depan Tenggara. "Kenapa? Apakah kau masih cemburu dengan kakak perempuanku?"


Tenggara menduduk dan menggeleng pelan. Dadanya terasa sangat sesak. "Aku.... aku hanya tidak ingin membuatmu malu. Aku merasa kalau aku itu bukan orang yang pantas untukmu."


Mendadak, Eleazar merengkuh tubuhnya erat membuat Tenggara sedikit kaget. "Kau laki-laki yang sempurna untukku."


Tenggara tak mampu lagi membendung airmatanya. Ia terisak dan balas memeluk Eleazar dengan erat. Ia tidak ingin berpisah lagi dengan laki-laki itu.


"Aku hanya ingin kau melakukan satu hal," kata Tenggara tanpa melepas pelukannya.


"Apapun yang kau inginkan. Katakanlah."


Tenggara menarik napas panjang. "Tetaplah menjadi Eleazar yang selalu ku kenal."


"Kau juga. Jangan pernah berubah," balas Eleazar.


Tenggara mengeratkan pelukannya. "Aku akan tetap menjadi Tenggaramu. Sekarang dan selamanya."


Eleazar mengusap-usap rambut Tenggara dan mengecup puncak kepalanya. "Itulah hal yang selalu ingin ku dengar darimu selama ini."


Beberapa saat kemudian Tenggara melepas dekapannya dan menghapus jejak airmata di pipinya dengan tangannya sendiri sambil tersenyum haru. "Sekarang kita ada di Secondary, jadi biasa kan memanggilku White, bukan Tenggara."


Eleazar tertawa kecil mendengar permintaan Tenggara. "Baiklah jika itu yang kau mau," ia mendekatkan keningnya ke kening Tenggara,"......Penyihir Putihku."


***


Epilog


Baju sudah rapi, tubuh sudah wangi, rambut dibiarkan seperti biasa, toh rambut Tenggara juga sudah pendek, tidak bisa dibentuk-bentuk lagi.


Apalagi yang kurang? Ponsel sudah. Dompet ada di saku celana belakang. Jam tangan sudah terpasang di pergelangan tangan kiri.


Pukul tujuh kurang beberapa menit, bel pintu rumah berbunyi. Laki-laki itu sangat tepat waktu, sesuai dengan janjinya yang akan datang pukul tujuh. Tenggara langsung berlari keluar kamar menuju pintu depan. Tapi sepertinya ia kalah cepat dengan Delmora yang dari tadi berada di ruang tamu bersama Josias, mendiskusikan sesuatu mengenai pekerjaan.


Karena begitu ia tiba, Eleazar tampak sudah duduk di sofa bersama Josias. Penampilannya sungguh sangat tampan malam hari ini, walaupun hanya memakai pakaian yang simpel dan tidak berlebihan. Sedangkan Delmora seperti hendak berjalan ke kamar Tenggara, tapi tidak jadi begitu melihat Tenggara sudah ada di sana.


"Oh, Tenggara. Temanmu sudah datang nih," kata Delmora. Tenggara langsung menghampiri Eleazar dan memperkenalkannya secara singkat pada Delmora dan Josias.


"Kenalkan. Yang cantik ini kakakku semata wayang, Delmora Suwandra. Dan satunya lagi temannya Kak Delmora, Josias Prada," kata Tenggara pada Eleazar.


"Namaku Eleazar Hiroma, teman Tenggara satu kelas," kata Eleazar sambil berjabat tangan dengan Delmora dan Josias.


"Halo, Eleazar. Senang berkenalan denganmu," kata Delmora.


"Senang juga berkenalan denganmu. Ngomong-ngomong, kalian mau pergi?" tanya Josias.


"Iya, Kak. Aku mau pergi sebentar dengan Eleazar," jawab Tenggara sambil menatap wajah Eleazar sekilas.


"Ya sudah, kalau begitu. Hati-hati di jalan," kata Delmora. Tenggara dan Eleazar segera berpamitan dan keluar.


"Itu tadi sungguh kakakmu?" tanya Eleazar.


Tenggara mengangguk cepat. "Iya. Memangnya kenapa?"


"Berarti itu tadi Angela? Wow! Wajahnya sungguh mirip sekali dengan karakternya di dunia Secondary," tukas Eleazar.


Tenggara hanya menyengir. "Bukan hanya kakakku saja. Reyori juga begitu. Wajahnya juga sama persis dengan karakternya di dunia game."


"Lalu yang ada di sampingnya tadi siapa?"


"Ku pikir kau sudah bisa menebaknya. Tadi itu Laydrown," jawab Tenggara.


Eleazar terbelalak. "Apa? Itu... itu tadi benar Laydrown?"


"Iya. Aku sudah tahu semua jati diri teman-teman kita satu tim di dunia nyata. Dan sepertinya sekarang hanya kita berdua-lah yang tahu mereka," kata Tenggara sambil menoleh Eleazar. Mereka berdua bertatapan sambil tersenyum.


Di halaman depan rumah sudah ada motor Eleazar. Motor besar warna hitam yang tampak keren.


"Kenapa kau tidak membawa mobilmu?" tanya Tenggara begitu ia naik di bagian boncengan.


Eleazar tertawa kecil. "Untuk apa aku membawa mobil kalau dengan naik motor saja aku sudah bisa merasakan pelukan tanganmu?"


Tenggara memukul bahu laki-laki itu. "Bagaimana nanti kalau hujan? Apa kau tidak memikirkan hal itu?" omelnya.


"Memangnya kenapa kalau hujan? Kita bisa main hujan-hujanan sambil berkendara berkeliling kota. Pasti itu akan seru sekali," jawab laki-laki itu dengan tenangnya.


"Hei! Apa kau tidak berpikir betapa dinginnya hujan-hujanan di malam hari?" omel Tenggara lagi.


"Kalau kamu merasa kedinginan, aku selalu siap untuk menghangatkanmu," balas Eleazar yang kini membuat Tenggara kalah telak. Ia merasa meleleh, pipinya merah merona seperti kepiting rebus.


Beberapa saat kemudian Eleazar mulai melajukan motornya di jalan raya. Tenggara memeluk Eleazar dari belakang dengan santai sambil tersenyum.


Ternyata perkataan Reyori ada benarnya juga. Game Secondary bisa mempersatukan seseorang dengan cinta sejatinya. Dan Tenggara pun bisa bertemu dengan cinta pertamanya.


Sekarang saatnya fokus untuk kompetisi 'Get The House', supaya ia dan teman-teman tim Viva Squad bisa memiliki markas sendiri dan tidak perlu susah-susah menyewa penginapan.


TAMAT


Previous Chapter| Baca Cerita Lainnya

Comments

  1. Gila. Keren banget sih. Susah lo ngangkat cerita boyslove tanpa adanya kejadian adult. But, ini keren banget. G terfikirkan sih klo di dunia game bisa mencintai sesama jenis. So, fighting kak. Cerita kakak keren🗿💙

    ReplyDelete
  2. Parah sih. Keren banget, baru nemu boyslove disatuin sama game gini, no komen dah. Walaupun nggak ada Adult nya tapi tetep aja greget anjir setiap baca pasti sambil gigit² guling')

    ReplyDelete
  3. Keren kak ihh
    Baru tau sih ada cerita yaoi tapi mengandung unsur game yang bener-bener baru aku tau, bagus banget>~< suka :*
    Tapi aku penasaran deh kak kelanjutan ceritanya, soalnya aku udah ngebayangin beberapa kemungkinan buat cerita ini kedepannya. Mulai dari si white yang perlahan-lahan mendapatkan kekuatanya yang mencengangkan, terus sampai konflik yang terjadi sama pasangan kita itu, ihhh kayaknya seru kak kalau diterusin >•<
    Tapi makasih banyak untuk ceritanya yang menghibur banget. Tetap berkarya kak, semangattt!!!

    ReplyDelete
  4. Ceritamu selalu keren kak saia syukak

    ReplyDelete
  5. Keren kak, akhirnya nemu cerita bxb genre game!!, Alurnya ceritanya bagus kak, mahon dilanjutin heheh:))

    ReplyDelete
  6. Woooowww...sampai jam 00.58..baru selesai baca..sekeren ituu....tks kak..b.🥰🥰🥰

    ReplyDelete
  7. Copy paste cerita ini sebenarnya gak tamat gitu aja, di indahnya cinta pelangi.wordpress.com lebih lengkap, disini copas. .

    ReplyDelete

Post a Comment

Komen yuk, say

Popular posts from this blog

7 Cerita Boyslove Wattpad Terbaik Versi Qaqa Kazu

Generation (Chapter 24/ Final)

Heartbeat (Chapter 21/ Final)