Fortune Cookie (Chapter 19/ Final)
Di perjalanan menuju stasiun, Shinji menceritakan semuanya kepada Kasumi sambil terisak. Mengenai bingkisan, fortune cookie, kaset DVD album Captain Angel, hingga video Ryota yang terdapat di akhir lagu yang memberitahu tentang keberangkatannya menuju Tokyo.
"Kita harus cepat, Kasumi!" seru Shinji.
"Ini sudah yang paling cepat yang aku bisa, Shinji!" teriak Kasumi sambil menyetir motornya. Tapi karena jalanannya cukup ramai, hingga ia hanya bisa melajukan motornya tak lebih dari 35 km/jam.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah tiba di stasiun. Mereka berdua langsung melompat dari motor setelah di kunci stang.
Shinji berlari ke dalam, di ikuti Kasumi yang berlari dibelakangnya.
Mereka berdua berlari di antara beberapa calon penumpang yang tengah duduk menunggu kereta. Entah lah.
Shinji menolehkan kepalanya kesegala arah, berharap kedua matanya bisa menemukan sosok tubuh Ryota.
Ketika tahu kalau usahanya mulai sia-sia, Shinji menangis terisak.
Di lihatnya jam digital besar di stasiun. Pukul 07.08 malam waktu setempat. Terlambat 3 menit. Apakah keretanya sudah berangkat.
"Shinji! Coba kita tanya di tempat pemesanan tiket," saran Kasumi.
Mereka pun langsung berlari ke stasiun bagian depan. Semoga saja masih ada harapan.
"Permisi. Apakah kereta jurusan Kyoto-Tokyo sudah berangkat?" tanya Shinji buru-buru kepada seorang wanita penunggu loket sambil menghapus sisa airmata dipipinya.
"Sudah berangkat. Baru empat menit yang lalu." jawabnya.
Seluruh tubuh Shinji lemas seketika. Tubuhnya jatuh terduduk seperti seonggok raga yang sudah tak memiliki nyawa. Ia sudah tidak mampu lagi untuk menangis.
Sedangkan Kasumi menutup mulutnya dan menangis tersedu hingga matanya terpejam. Ia bisa merasakan apa yang dirasakan sahabatnya itu.
"Shinji! Ayo berdirilah," Kasumi membantu Shinji untuk berdiri sambil terisak. Shinji berdiri seperti orang yang linglung. Kedua matanya menatap lantai.
"Shinji! Hei! Shinji!" panggil Kasumi cemas sambil menggoyang-goyangkan kedua pundak Shinji.
Tak lama, Shinji mendongak menatap Kasumi sambil tersenyum masam.
"Dia sudah berangkat, Kasumi. Dia sudah berangkat." tutur Shinji. Ia menghembuskan napas yang bergetar menahan tangisnya sendiri.
"Sebaiknya kita pulang saja," lanjut Shinji sambil tersenyum dengan bibir bawah yang bergetar lalu berjalan keluar stasiun.
Kasumi tak kuasa menahan tangis hingga ia berlutut.
Begitu sampai di luar stasiun, Shinji menatap langit yang hitam tanpa ada satu pun titik cahaya bintang.
Shinji mengembuskan napas lagi. Kali ini napasnya semakin berat hingga membuatnya tanpa sadar menitikkan airmata lagi.
Shinji segera menghapus airmatanya.
"Kenapa aku harus menangis sih? Jangan cengeng Shinji." tutur Shinji lebih kepada dirinya sendiri. Berusaha untuk menghibur diri.
Tapi airmatanya tidak mau berhenti. Berlinang begitu saja menuruti kesedihannya. Shinji berjongkok sambil menutupi wajah dengan kedua telapak tangan. Terdengar suara tangis yang memilukan dari balik tangannya.
Tak lama, ia merasakan tangan Kasumi meremas kedua pundak kanannya dari belakang dan membantunya untuk berdiri.
Tapi Shinji tidak mampu lagi untuk menahan tangisnya. Ia tidak mau melepas kedua tangan dari wajahnya. Berharap ini hanya sekedar mimpi buruk.
"Shinji!" terdengar suara Kasumi yang memanggil Shinji dari kejauhan.
Tunggu dulu!
Jika Kasumi berada jauh darinya, lalu yang membantunya berdiri.....
Shinji melepas telapak tangan dari wajahnya dan membuka mata.
Ryota berdiri di depannya sekarang. Dengan jaket kulit hitam, topi biru dan kacamata hitam. Ryota tersenyum dari balik kacamatanya.
Mendadak, hati Shinji seperti menghangat. Memandang wajah Ryota, melihat senyum Ryota, semua seperti mimpi.
Shinji mengangkat tangan kanannya dan meraba wajah Ryota. Sepertinya ia sudah lama sekali tidak berjumpa Ryota.
"Kamu rindu padaku?" tanya Ryota sambil tersenyum.
Tanpa menjawab, Shinji langsung merangkul Ryota sangat erat sambil menangis.
"Kamu bodoh! Bodog! Bodoh!" kata Shinji sambil memukul-mukul dada Ryota. Ryota hanya balas merangkul dan membiarkan Shinji memukuli dadanya sesuka hati.
"Jangan pernah tinggalkan aku!" seru Shinji sambil menyembunyikan wajahnya di dada Ryota. Ryota melepas pelukannya dan menahan kedua pipi Shinji.
"Maaf, sudah membuatmu menangis. Karena aku sudah berada disini lagi, jangan menangis lagi ya," kata Ryota tersenyum sambil menyeka pipi Shinji yang basah. Shinji mengangguk. Rasanya seluruh tubuhnya seperti kembali mendapatkan energi.
"I love you," bisik Ryota lirih. Sangat lirih. Tapi Shinji masih bisa mendengar kalimat itu dengan jelas.
"I hate you. Karena kamu sudah tega membuatku sering menangis akhir-akhir ini dan terlihat cengeng. But I love you, too. I love you what you are," balas Shinji juga dalam bisikan, yang membuat Ryota tersenyum.
Ryota mendekatkan wajahnya ke wajah Shinji untuk menciumnya.
Sedangkan Kasumi berlari mendekati mereka dengan riangnya.
"Hei! Ini tempat umum, lho!" canda Kasumi usil.
Sontak, Shinji langsung mendorong Ryota dan melepas ciumannya. Terlihat pipi mereka yang merona karena malu. Kasumi malah tertawa bahagia.
Senang rasanya bisa membantu sahabatnya yang satu ini. Ini pasti akan menjadi hal yang paling tak bisa dilupakan seumur hidupnya.
***
Dapur terlihat agak berantakan. Ryota mengaduk adonan fortune cookie yang akan dibuatnya, sedangkan Shinji menyiapkan loyang dan oven.
"Apa kamu lihat loyang yang satunya lagi?" tanya Shinji pada Ryota. Ryota meletakkan adonannya dan mendekati Shinji.
"Bukankah tadi ada di situ?" Ryota menunjuk ke arah samping oven. Shinji menoleh. Tidak ada.
Tiba-tiba ia merasa sesuatu yang lengket di pipi kirinya.
Ryota tertawa kecil karena baru saja mencolekkan adonan fortune cookie ke pipi kiri Shinji.
"Ah! Apa-apaan sih! Pipiku jadi kotor nih." gerutu Shinji sambil membersihkan pipi kirinya dengan wajah masam.
"Tapi kamu tetap manis kok! Lebih manis malah!" kata Ryota lalu memegang kedua pipi Shinji dan mencium bibirnya dengan erat lalu melepasnya. Shinji tersenyum.
"Bibirmu selalu manis," kata Ryota sambil menjulurkan lidah seperti orang yang baru selesai makan puding cokelat.
"Kamu tidak bisa bersikap romantis." ujar Shinji.
"Aku memang tidak pandai bersikap romantis, bahkan sebelum kita pacaran. Kamu juga tahu aku lebih suka jadi diriku sendiri." balas Ryota.
"Uhmmm.. Tapi aku bisa lakukan satu hal yang pasti akan kamu sukai," ucap Ryota tersenyum sambil menggerak-gerakkan kedua alisnya.
Shinji sedang mencerna kalimat Ryota barusan ketika tiba-tiba Ryota menggendong tubuh Shinji.
"Eh! Eh! Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Shinji. Namun Ryota tak menjawab.
Mereka tiba di kamar Ryota. Ryota membaringkan tubuh Shinji.
Belum sempat Shinji bertanya lagi, Ryota mencium bibir Shinji dengan begitu agresif sambil menindih tubuhnya.
Shinji berusaha mengimbangi gerakan bibir Ryota.
Tak lama, Shinji mendorong kepala Ryota dan menghentikan ciuman.
"Tunggu dulu! Celemek kita belum dilepas." kata Shinji.
"Jangan khawatir. Nanti kita bisa melepasnya satu-persatu," balas Ryota tersenyum jahil.
(TAMAT)
Nggak nyangka, tulisanku dulu masih menye2 😭😭😭
Previous Chapter | Baca Cerita Lainnya
kerenn kakk
ReplyDelete