Secondary (Chapter 06)
Dinginnya udara malam terasa menusuk tulang. Namun sepertinya semua orang yang ada di pasar kuliner ini tidak terlalu memedulikan hal itu. Bahkan mereka semua tak seperti biasa, berlalu-lalang dari satu warung ke warung yang lain untuk membeli dan menikmati makanan yang mayoritas memiliki harga yang terjangkau.
Tenggara mendekapkan kedua lengannya ke tubuhnya sendiri sambil berjalan memasuki pasar. Rasanya masih tetap dingin. Padahal ia sudah memakai jaket tebal. Apa mungkin akan turun salju? Ah, jangam bodoh! Di Indonesia mana mungkin akan turun salju? Yang ada mungkin hujan es sebesar batu kerikil.
Dengan bingung, ia berjalan melewati warung-warung yang saling berjejer di sisi kiri kanan. Meneliti satu-persatu, siapa tahu ada jajanan atau semacamnya yang menarik perhatiannya.
Cukup jauh ia berjalan membelok-belok hingga masuk terlalu ke dalam. Sepertinya tidak ada warung yang baru, atau setidaknya warung yang menjual sesuatu yang baru. Semuanya tampak sama.
Akhirnya ia memutuskan untuk melangkah kembali ke bagian depan pasar kuliner untuk menikmati bubur kacang hijau di warung Bu Tuti seperti malam-malam biasanya.
Tiba-tiba seseorang tidak sengaja menyenggol bahu kirinya dari depan dengan cukup keras hingga Tenggara terjatuh.
"Maaf! Aku tidak sengaja menabrakmu!" teriak orang itu sambil langsung menarik lengan kiri Tenggara untuk berdiri.
"Makanya kalau jalan tuh hati-ha........," kalimat Tenggara terputus tatkala menyadari kalau orang itu adalah Eleazar.
'Mampus!' umpatnya dalam hati sambil menarik lengannya dari pegangan Eleazar.
"Tenggara! Ternyata kau! Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini," ujarnya dengan begitu santai.
"Oh! Um.. Iya. Aku hanya berjalan-jalan sebentar disini. Lagipula rumahku dekat sini kok," balas Tenggara dengan perasaan malu yang luar biasa. Apalagi bayang-bayang masa lalu itu mengganggu pikirannya lagi hingga membuatnya misuh-misuh dalam hati.
Eleazar tampak sangat tampan dengan balutan celana jeans dan jaket kulit hitam yang resletingnya terpaksa tidak ditautkan, membiarkan kaos putihnya kelihatan. Tenggara jadi heran sendiri, apakah Eleazar tidak merasa dingin? Atau jangan-jangan Tenggara mungkin sedang demam dan ia tidak sadar?
"Kau ke sini bersama siapa?" tanyanya.
"Um.... Aku sendirian saja," kata Tenggara sambil berharap semoga ia tidak salah ucap.
"Oh, begitu. Hm... Maaf ya, aku sekarang sedang buru-buru, makanya aku tidak sengaja menabrakmu. Aku harus menemui seseorang. Tapi sebelum itu, boleh aku minta nomer ponselmu?" tanya Eleazar sambil mengeluarkan ponselnya.
Tenggara mengejakan nomer ponselnya yang langsung diketik oleh Eleazar.
"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa lagi. Senang bertemu denganmu disini," ujar Eleazar sambil menepuk pundak Tenggara dan menatapnya dengan sangat dalam selama beberapa detik sebelum akhirnya ia tersenyum dan meninggalkan Tenggara yang merasa kedua kakinya mati rasa dan ingin terjatuh lagi.
Tatapan mata itu. Tatapan mata yang sama dengan yang dulu pernah ia lihat. Apakah Eleazar benar-benar sudah lupa? Kenapa ia bertindak seolah-olah kalau mereka baru saja bertemu?
Dengan langkah lesu, Tenggara berjalan menuju warung bubur kacang hijau Bu Tuti.
Sesampainya disana, ia melihat Reyori dan Jenna yang tengah duduk di salah satu meja yang di pojokan. Tanpa sengaja, Jenna juga menatap ke arahnya.
"Tenggara! Sini!" panggil Jenna sambil melambai-lambaikan tangannya. Reyori ikutan melambaikan tangan dengan hebohnya.
"Bu, pesen bubur kacang ijo satu ya!" pesannya pada Bu Tuti kemudian langsung menghampiri meja kedua gadis itu dan duduk di antara mereka.
"Tumben kalian berdua ke sini. Dari mana kalian?"
"Kami baru saja pulang dari TECHNOLO-GAME, membeli konsol GS," ujar Reyori sambil memperlihatkan kotak kardus dalam kantong plastik. Jenna juga membeli satu.
Tenggara menyengir saja. Ia sangat tahu gadis-gadis itu bukan maniak game, juga tidak terlalu suka dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan game. Tapi sepertinya konsol GS cukup populer di kalangan remaja.
Beberapa saat kemudian Bu Tuti datang membawa pesanan Tenggara. Ia mengucapkan terimakasih dan segera menyantapnya selagi masih hangat.
"Aku baru tahu kalau kalian berdua suka dengan game," kata Tenggara.
"Hm.. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau game. Tapi entah kenapa banyak sekali teman-teman yang membicarakan tentang konsol GS dan Game Secondary di beberapa social-media, dan itu membuatku cukup penasaran, apa sih konsol GS dan Secondary itu? Lalu aku coba cari official website-nya tadi siang," balas Jenna.
Tenggara mengernyit. Ia belum pernah membuka official website Secondary. "Lalu apa yang kau temukan?"
"Game Secondary hanya bisa bisa dimainkan oleh konsol GS, yang dibuat di negara Jepang. Di hari pertama peluncurannya, konsol GS langsung habis terjual, baik secara direct-selling ataupun secara online. Dan sekarang hampir sembilan puluh delapan persen orang Jepang yang berusia lebih dari lima belas tahun memainkan game ini. Makanya banyak sekali orang di Indonesia yang sudah menunggu-nunggu peluncuran konsol GS ini. Katanya sih mau di buat official website khusus untuk Indonesia. Mungkin besok atau lusa sudah bisa kita lihat halamannya," balas Jenna lagi.
"Oh.... Aku ingin sekali bertemu dengan cinta sejatiku di game itu," tukas Reyori tiba-tiba sambil mengatupkan kedua tangannya, membuat Tenggara sedikit tersedak karena ucapannya.
"Cinta sejati? Apa maksudmu?" tanya Tenggara sambil terbatuk-batuk.
"Aku baca beberapa artikel di official website-nya, katanya sampai ada pasangan orang Jepang yang menikah di dunia nyata setelah mereka bertemu dan menikah di game Secondary. Oh Tuhaaaannn!! Bukankah itu kedengarannya sangat romantis? Aku ingin seperti pasangan itu!" jawab Reyori dengan menggebu-gebu.
"Menikah di game? Memangnya bisa?"
"Tentu saja bisa! Kau tidak pernah membaca official website-nya ya? Atau jangan-jangan kau tidak tahu sama sekali dengan game Secondary?" balas Jenna dengam mata menyipit menatap Tenggara.
"Aku tahu, kok. Walaupun cuma sedikit."
Reyori menyendok sesuap bubur dan menyantapnya. "Apa kau sudah membeli konsol GS?"
"Tentu saja sudah. Aku sepulang sekolah langsung ke TEHNOLO-GAME untuk antre membeli GS," jawab Tenggara seakan-akan ia membeli sendiri dan kesannya ia sangat up-to-date mengenai game Secondary. Padahal pada kenyataannya Top yang membelikannya GS, dan bahkan ia belum tahu sama sekali tentang Secondary sebelum memainkannya tadi siang.
"Benarkah? Siapa nama karaktermu di dunia game? Beritahu kami apa ras-mu, bagaimana penampilanmu, semuanya," tukas Reyori dengan mata melebar penuh semangat.
"Eh?! Um... Kenapa aku harus memberi tahu kalian? Itu rahasia!" seru Tenggara berusaha menutup-nutupi.
"Ah! Kamu tidak asyik!" balas Jenna.
"Aku tidak ingin kalian tahu karakterku, kemudian mencariku di dunia game lalu memintaku untuk menjadi guru kalian. Aku benar-benar tidak bisa," canda Tenggara diikuti suara 'huuuu' yang panjang dari kedua temannya.
Ketika Tenggara akan menikmati buburnya lagi, secara tidak sengaja ia melihat Eleazar melintas lewat depan warung. Tidak hanya sendiri, tapi bersama seorang wanita cantik berambut pirang ikal sebahu. Wanita itu bergelayut dengan manja di lengan kiri Eleazar.
"Eh! Tunggu dulu! Sepertinya tadi aku melihat Eleazar lewat deh," kata Reyori.
Jenna mendongak sambil memandang keluar warung. "Ha? Sungguh?"
"Aku tidak yakin. Mungkin saja bukan," balas Reyori sambil kembali menikmati buburnya.
Tapi Tenggara tahu benar kalau itu memang Eleazar. Mata Tenggara seperti terasa panas, napasnya berat. Akhirnya, ia melihat kebenarannya. Sekarang sudah tidak ada lagi masa lalu yang harus ia cemaskan jika nanti bertemu Eleazar.
Tidak ada yang perlu ia pikirkan lagi. Tapi kenapa ia merasa ingin sekali menangis? Kenapa ia harus merasakan sakit yang amat pedih? Bahkan sakitnya lebih parah daripada rasa sakit yang ia rasakan ketika punggungnya terkena lemparan senjata shuriken dari kakaknya sendiri di dunia Secondary.
Tenggara menunduk menatap mangkok bubur kacang ijonya sambil menahan napas. Bahkan bernapas pun rasanya susah sekali.
Beberapa saat kemudian, ia merasa ponsel di saku celana bergetar. Ketika ia keluarkan dan melihat layar ponsel, ternyata itu sms dari nomor asing.
=@@@=
From: +6281566453xxx
Ini nomerku. Tolong disimpan baik-baik, tolong jangan sampai hilang. Eleazar ;)
=@@@=
Tenggara menarik napas perlahan. Sambil membalas sms dari Eleazar hanya dengan huruf 'Y' saja, lalu memasukkan kembali ponselnya ke saku celana.
Seharusnya sekarang ia bisa merasa tenang karena Eleazar sudah bahagia bersama dengan seseorang. Tapi kenapa malah begini jadinya? Seperti ada sesuatu yang terasa salah.
"Tenggara, kenapa buburnya hanya kau aduk-aduk saja?" suara Reyori membuat Tenggara tersadar.
"Kamu ngelamunin apa? Kok sampai serius sekali?" tanya Jenna.
Tenggara menggeleng pelan. "Bukan apa-apa kok. Hanya membayangkan betapa cantiknya kalian di game Secondary nanti," jawabnya berbohong dengan sedikit candaan.
"Mungkin aku lebih suka jadi ras angel. Bagaimana denganmu?" tanya Reyori pada Jenna.
"Hm.. Rahasia dong!" seru Jenna diikuti suara 'huuu' dari Reyori dan Tenggara, lalu mereka bertiga tertawa bersama-sama.
Sepertinya asyik juga bisa ngobrol dengan Jenna dan Reyori. Setidaknya bisa membuatnya merasa lebih baik daripada beberapa saat yang lalu.
(Bersambung...)
Comments
Post a Comment
Komen yuk, say