Secondary (Chapter 09)
Beberapa meter sebelum melewati kuil magician, tiba-tiba datang segerombolan magician pemula yang menghadang. Dan paling depan sendiri, berdirilah laki-laki dempal yang tadi mem-bully White saat baru keluar dari kuil magician.
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Ketika White menengok ke belakang, tempak gerombolan lainnya yang mendekat dari arah belakang. Mendadak perasaan White jadi tidak enak.
"Mau kemana kau, penyihir putih?" tanya laki-laki itu dengan pandangan sadis pada White.
"Totem, benarkah ini laki-laki yang bermasalah denganmu tadi?" tanya seorang laki-laki bertubuh kurus kering yang berdiri di samping kanan laki-laki yang ternyata bernama Totem itu.
"Benar. Dia orangnya," jawab Totem sambil mengacungkan jari telunjuk ke arah White.
"Kami hanya ingin lewat!" seru White.
"Oh, kau ingin lewat ya? Tapi sepertinya Tuan Totem tidak mengijinkan kalian bertiga lewat. Teman-teman!! Serang mereka!!" serunya yang membuat para magician itu langsung berlari menyerbu dan beberapa di antaranya memberondong mereka bertiga dengan mantra sihir mulai tingkat rendah hingga tingkat sedang.
Mereka bertiga langsung berpencar. Mastrix menghadapi pasukan yang ada di depan dengan begitu gesit dan lincahnya. Dengan satu kali tebasan, pedang samurainya dapat membunuh dan melukai dua sampai tiga orang sekaligus.
Sedangkan White dan Laydrown menghadapi pasukan musuh yang berada di belakang mereka. White yang tak begitu mahir memainkan pedang rapier hanya bisa menyabet-nyabetkan pedang itu ke segala arah dengan kedua tangannya. Tentu saja serangan White tidak begitu kuat, mengingat kalau senjata yang ia pakai tidak sesuai dengan job-nya. Begitu pula Laydrown yang seorang Priest, yang seharusnya hanya bertugas untuk menyembuhkan dan tidak punya kemampuan berkelahi, menggunakan boomerang yang terbuat dari besi untuk menyerang. Tapi lain halnya dengan White, Laydrown tampaknya lebih luwes dalam menggunakan senjatanya, walaupun serangannya juga tak seberapa kuat.
Mereka bertiga kalah jumlah dan terpencar dengan jarak yang cukup jauh. Mastrix masih bisa bertahan, walaupun HP-nya mulai berkurang sedikit demi sedikit karena serangan sihir dari beberapa magician. Sedangkan Laydrown masih diserang oleh banyak musuh. Ia beberapa kali terkena serangan sihir. Tapi karena ia seorang priest, ia bisa menyembuhkan dirinya sendiri dengan cepat. Walaupun itu bisa membuat MP-nya terus berkurang.
Dan White tak beda halnya dengan daging mentah yang diperebutkan oleh banyak serigala. Ia berjuang sendirian bersama pedang rapiernya. Tak peduli apakah sabetannya melukai musuh, yang penting ia harus menjaga jarak dan bergerak selincah mungkin untuk menghindar dari serangan sihir para magician itu.
Hingga akhirnya ia lengah, dan Totem mendadak muncul dari belakang dan menerjang punggung White dengan kakinya hingga ia jatuh tersungkur dengan cukup keras. Pedang rapiernya terlepas dari tangan dan terlempar entah kemana.
Dengan cepat, para magician yang lainnya segera memegangi tangan dan kaki White pada posisi tengkurap. White berusaha meronta dengan sekuat tenaga.
"Lepas! Lepaskan aku!" seru White. Tapi tidak bisa. Ia terlalu lemah dan tidak sanggup melepaskan diri.
Pada saat yang sama, Totem langsung berdiri memposisikan kakinya di antara tubuh White dan mengeluarkan sebuah cambuk.
"Sekarang, saatnya kau mendapatkan balasan dariku," ujar Totem dengan bengis. Lalu ia mengayunkan cambuknya ke punggung White dengan keras.
"Aaarrgghh!!" teriak White kesakitan. Ia merasa punggungnya seperti terbelah menjadi dua. Rasanya sangat sakit.
"White!" seru Mastrix sambil terus menyerang para magician yang berusaha untuk membunuhnya. Ia ingin berlari menghampiri White pada saat itu juga. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan sosok White tidak dapat terjangkau oleh kedua matanya. Mereka terlalu banyak. Bahkan jika ia kehilangan konsentrasinya sedikit saja, ia bisa terkena serangan dari salah satu mantra sihir.
"White! Bertahanlah!" teriak Laydrown yang keadaannya hampir sama dengan Mastrix. Laydrown mulai berusaha mencari celah untuk mencari asal-muasal suara White.
"Aaarrggghhh!!! Hentikan!! Ku mohon hentikan!!" erang White lagi begitu Totem melecutkan cambuknya ke punggung White untuk yang kedua kalinya. Rasa perih yang mengerikan mulai menjalari punggungnya.
"Teruslah memohon, pecundang!! Aku sangat suka melihat orang lain memohon padaku!" seru Totem lalu kembali mencambuk punggung White berkali-kali tanpa ampun. Teriakan White terdengar sangat memilukan.
"Sialaaaaann!! Triple Death!!" teriak Mastrix yang menggunakan salah satu 'special skill'-nya yang dapan membunuh sepuluh sampai lima belas orang sekaligus dalam sekali tebasan samurainya. Namun tetap saja. Jumlah para magician itu seperti tak pernah surut.
Sepertinya karena tempat itu dekat dengan pusat Kota Bintang Jatuh yang menjadi starting-point, dimana para pemain yang mati muncul kembali dengan level yang setingkat lebih rendah. Jadi para magician yang mati dan baru muncul kembali di starting-poin langsung menuju tempat keributan.
"Aaarrghh!! Argghh!! Arrgghh!!" erang White berusaha menahan sakit yang amat sangat ketika Totem mecambuki punggungnya. Ia mulai menangis maraung-raung kesakitan. Ia ingin melarikan diri saja dengan Log-Out dari game. Tapi seorang pemain tidak bisa melakukan Log-Out ketika ada pemain lain yang menyentuh atau memegang tubuhnya.
"Teruslah menangis!! Ahahaha!!" Totem tertawa kejam sambil terus menganyunkan cambuknya tanpa henti. Cambukan Totem hanya mengurangi HP 5-6 poin saja setiap lecutannya. Tapi tak sebanding dengan rasa pedihnya yang luar biasa.
Wajah White mulai tampak kotor karena tanah yang menempel pada kulit pipinya yang basah karena air mata. Bahkan tanah yang ada di bawah wajahnya juga mulai basah karena tetesan air matanya.
Andai tanah itu tahu bagaimana rasa sakit yang ia rasakan sekarang...
Andai tanah itu tahu bahwa ia memilih untuk dibunuh langsung daripada harus disiksa seperti itu...
Andai tanah itu bisa mendengar suara hatinya...
Andai tanah itu dapat menolongnya...
Andai tanah itu......
Hidup!
White setengah tidak sadarkan diri. Tubuhnya melemas. Berteriakpun rasanya susah.
Namun sedetik kemudian ketika HP-nya mencapai angka 1, mendadak langit berubah menjadi petang karena kemunculan awan mendung yang tiba-tiba. Dan pada saat itu juga tubuh White bercahaya diikuti suara mendenging. Sangat terang dan silau, bahkan membuat Totem menghentikan lecutannya.
Beberapa orang yang berada di sekitar White langsung terpental beberapa meter, termasuk Totem dan beberapa magician yang tadi memegangi White. Tubuh White mulai melayang dan berdiri dengan tegak, dan terus saja bersinar seperti sebuah matahari.
"A-apa yang terjadi? Ada apa ini?!" seru Totem kebingungan bersama teman-teman lainnya. Ia berusaha mendekat lagi dan hendak melecutkan cambuknya, tapi belum juga mendekat beberapa meter, tubuhnya terpental lagi hingga jatuh terseret.
Semua orang yang bertarung di sekitar itu lama-kelamaan berhenti.
Mendadak, tanah di bawah tubuh White berubah menghitam seperti tinta yang mulai menyebar memenuhi seluruh tanah di sekitar mereka semua seperti akar.
Tiba-tiba satu persatu manusia tengkorak bersenjata pedang mulai keluar naik dari bawah tanah. Mereka langsung menyerang Totem dan para megician itu.
Totem dan teman-temannya pun berusaha menyerang balik dengan kekuatan sihir yang mereka miliki. Namun manusia-manusia tengkorak itu seperti makhluk immortal yang sulit dikalahkan dengan kekuatan sihir. Bahkan jumlah mereka semakin banyak dan melebihi jumlah magician yang ada di situ.
Napas Mastrix terengah-engah mendekati Laydrown yang tampak terkesima dengan tubuh White yang masih terus bercahaya.
"Apa yang ia lakukan? Bagaimana anak itu bisa melakukan ini semua?" tanya Mastrix sambil menepuk pundak Laydrown sambil melihat sekeliling mereka yang sekarang hampir terlihat seperti lautan tengkorak yang berusaha menyerang para magician itu.
"Aku tidak tahu," jawab Laydrown tanpa memandang Mastrix sedikit pun.
Beberapa saat kemudian, jumlah para tengkorak itu menjadi tiga kali jumlah para magician di situ. Totem dan teman-temannya tidak sanggup untuk menghadapi makhluk-makhluk itu.
Ketika mereka semua hendak kabur. Para tengkorak itu menyeret kaki setiap kaki para magician. Setiap dua manusia tengkorak memegangi kaki dan tangan satu orang magician, dan satu manusia tengkorak mengambil sebuah cambuk dari tulang pinggangnya dan langsung melecutkannya pada punggung magician itu.
Totem dan teman-teman magiciannya dicambuk dengan begitu kejamnya oleh tengkorak-tengkorak itu, sama seperti ketika ia mencambuk punggung White.
Terdengar suara riuh rintihan dan teriakan Totem bersama teman-temannya. Suara mereka melebur menjadi satu.
Tiba-tiba, White membuka kedua matanya. Seluruh bola matanya tampak menghitam, membuatnya terlihat seperti tidak memiliki bola mata. Dan tubuh White yang bercahaya melayang mendekati manusia-manusia tengkorak yang sedang melecuti punggung Totem.
"Ampun!! Ampuni akuuu!! Ampuunn!" teriak Totem merengek minta dikasihani. White mengangkat tangan kanannya sebatas dada, dan semua tengkorak yang bertugas mencambuk langsung berhenti seketika.
(Bersambung...)
Previous Chapter| Next Chapter
Comments
Post a Comment
Komen yuk, say