Secondary (Chapter 08)



Ketika laki-laki itu hendak mengeja mantra sihirnya, tiba-tiba tubuh laki-laki itu langsung menghilang dengan suara 'buff' diikuti kabut asap putih, membuat White jatuh terjerembab di atas tanah. Laki-laki itu mati.


Pasti laki-laki yang tadi hampir menyerangnya sekarang sudah kembali ke starting point, di tengah-tengah Kota Bintang Jatuh dengan level yang turun satu tingkat. Tapi White yakin kalau itu tadi bukan perbuatannya. Ia bahkan sangat amat yakin.


Tampak ketiga teman laki-laki tadi menggigil ketakutan, mengira kalau White lah yang sudah membunuh laki-laki itu.


White segera mengambil buku panduannya dan berdiri. Ia tidak sengaja melihat senjata shuriken di samping kakinya. Jangan-jangan.......


Saat ketiga orang itu hendak mengeja mantra untuk menyerang White, tiba-tiba saja siluet seseorang wanita muncul secara mendadak di hadapannya dan memegang tangannya. Beberapa saat kemudian, pandangannya kabur, dan setelah itu tubuhnya sudah berada di tempat yang lain.


Ia berada di sebuah penginapan, bersama dua orang laki-laki dan seorang perempuan yang baru saja menyelamatkannya. Laki-laki yang satu dari ras elf, sama seperti White, memiliki telinga runcing, rambut pendek warna biru keperakan, mata biru bening dan wajah yang lebih tampan daripada White. Pakaiannya tampak seperti baju zirah, namun terlihat lebih simpel.


Yang satunya lagi dari ras manusia, dengan rambut panjang merah kecokelatan yang bergelombang dibiarkan terurai, dengan mata cokelat tua, tampak sangat manis sekali. Kostumnya berupa pakaian seperti pendeta, dengan gradasi warna hitam putih nan klasik. 


Namun beberapa saat kemudian White terkesiap ketika menyadari kalau si perempuan yang baru saja menyelamatkannya wanita itu adalah Delmora. Wanita dari ras angel dengan penampilan sedikit diperindah. Namun bagi White tetaplah sama, apalagi rambut gelungnya.


"Dasar, kau ini! Kenapa kau mengambil job yang lemah seperti itu?!" omel kakaknya.


"Um... Maaf, apa kita pernah berkenalan sebelumnya?" tanya White, alias Tenggara, dengan ekspresi bingung.


"Jangan pura-pura bodoh! Atau kau mau aku serang dengan shurikenku lagi?!" ancamnya. Sepertinya White tak begitu pandai berakting.


"Maaf, Kak! Maaf!" seru White sambil membungkukkan badan beberapa kali.


"Kak?!" seru kedua laki-laki terkejut mendengar panggilan 'Kak' yang diucapkan White.


"Benar sekali! Dia adikku!" seru kakaknya sambil memejamkan mata.


"Tapi bagaimana kau tahu bisa aku yang sebenarnya?"


"Kau pikir aku sudah mengenalmu berapa lama? Masak aku tidak tahu adikku sendiri?" balas Delmora.


"Tapi Kak Delm......," belum selesai mengucapkan kalimatnya, Delmora langsung membekap mulut White dari belakang.


"Ssttt!! Namaku Angela. Jangan sebutkan nama asliku di dunia Secondary kalau tidak mau aku serang lagi," ancamnya, membuat White mengomel sendiri dalam hati. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia merasa sangat senang dengan perhatian kakaknya. Ia sangat mudah mengenali adiknya sendiri dan sudah menyelamatkannya.


"Baiklah, Kak Angela. Terimakasih sudah menyelamatkan aku," kata White sambil menunduk.


"Iya, tidak usah dipikirkan. Ngomong-ngomong, kedua orang ini adalah teman-teman satu timku. Yang dari ras elf ini namanya Mastrix, job-nya ialah warrior, level tiga puluh tiga, sedangkan yang dari ras manusia ini namanya Laydrown, jobnya priest, level tiga puluh satu. Kau tahu kan job priest itu seperti apa?" goda Angela. White hanya bisa merengut sambil bersalaman dengan kedua teman kakaknya itu.


Priest adalah salah satu dari puluhan job yang ada di game Secondary, yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Sedangkan warrior adalah job yang mengutamakan skill bertarung secara fisik. Biasanya senjata mereka berupa pedang panjang, samurai, kapak, katana, dan sebagainya.


"Aku sendiri dari ras angel, tentu saja. Jobku adalah ninja, level tiga puluh lima.," kata Angela yang membuat White sedikit ternganga. Ia memiliki job ninja, tapi tidak berpenampilan seperti para ninja yang lain. Pakaiannya yang mirip seperti bangsawan Korea serta kipas klasik membuatnya terlihat seolah-oleh ia hanyalah NPC. Selain itu, kakaknya sudah memiliki level yang cukup tinggi. Bahkan lebih dari dua kali lipat levelnya sendiri.


"Namaku White. Aku dari ras elf. Baru saja mengganti jobku menjadi magician. Level sepuluh," kata White sambil menunduk malu, merasa seperti seorang anak kecil yang sedang kena bully.


"Oh iya. Ngomong-ngomong kami memang sedang mencari magician untuk masuk ke dalam tim. Dan kau sebagai adikku, aku memaksamu untuk ikut dengan timku," kata Angela dengan semena-mena.


"Ta-tapi, Kak. Aku tidak sebanding dengan kalian bertiga yang sudah memiliki level cukup tinggi."


"Tidak apa-apa. Kau bisa berlatih dengan kami. Kami akan melindungimu. Kamu kan magician, dan bisa menyerang musuh dari kejauhan," kata Mastrix sambil mendekat dan menepuk pundak White. Sekarang Mastrix malah terlihat lebih pantas jadi kakaknya White daripada Angela sendiri.


"Aku tahu itu. Tapi...... Tapi......,"


"Tapi apa? Cepat katakan!" seru Angela yang tampak tidak sabaran. Sekarang kakaknya benar-benar terlihat seperti ibu tiri yang jahat.


"Aku tidak memiliki satupun special skill," kata White.


Alis Angela saling bertautan. "Maksudmu?"


White menghembuskan napas dengan dramatis. "Status!" serunya diikuti kemunculan hologram virtual seluar layar monitor komputer.


Mereka bertiga terbengong melihat status profil White dengan job U.MAGICIAN, dimana hanya ada kata 'UNIDENTIFIED' atau tak teridentifikasi pada special skill White.


"Aku sendiri juga tidak tahu kenapa bisa begitu. Mungkin sistemnya rusak atau mungkin saja ada kesalahan ketika mereka menginput dataku," kata White lagi setelah hologram itu menghilang.


"Benar-benar aneh. Sangat aneh. Apa itu U.MAGICIAN?" tanya Laydrown sambil mengusap-usap dagunya.


"Kan sudah kubilang aku tidak tahu. Mungkin saja ada kesalahan sistem!" balas White.


"Penampilanmu juga sangat aneh. Semuanya serba putih, seperti manusia albino," tukas Angela setengah mengejek.


"Bukankah semuanya itu berdasarkan data yang di-input ketika kita melakukan pendaftaran? Termasuk special skill," tambah White berusaha membela dirinya.


"Sepertinya karakter kamu memang lemah dan tidak memiliki kemampuan apapun. Tapi kau akan tetap masuk ke dalam tim. Jangan khawatir," kata kakaknya dengan lembut. Apakah ini mimpi? White merasa sikap Angela seperti malaikat.


"Sungguh? Kak Angela ingin aku masuk tim kakak?" tanya White dengan mata berbinar-binar.


"Tentu saja. Tapi kau harus mulai berlatih dengan Mastrix. Karena kau tidak punya satu pun special skill, jadi kau harus mulai membiasakan dirimu untuk menggunakan pedang panjang," kata Angela sambil mengeluarkan sebuah pedang pendek dari tas equipment kecilnya yang ada di belakang pinggangnya. Sepertinya tas itu tas mahal khusus yang bisa memuat banyak barang, yang bisa dibeli di toko peralatan dan persenjataan.


White memasukkan tongkat kecil putihnya ke dalam tasnya sendiri dan menerima pedang pendek itu dari Angela dengan gemetaran. Ia tidak terbiasa memegang benda seperti itu. Ia mencabut pedang itu dari sarung pedangnya.


"Itu namanya pedang rapier. Walaupun kecil, tapi pedang itu cukup tajam dan dapat menambah physical attack-mu yang hanya sedikit karena mengambil job magician," jelas Angela kembali mengejek. White hanya bisa mencibir. Tapi mendadak, anak itu tersenyum.. Walaupun kakaknya galak, tapi ia tahu kalau kakaknya sangat baik.


"Terimakasih, Kak," kata White lemah. Ia sangat kecewa. Game Secondary tidak berjalan lancar seperti yang ia harapkan. Ia memberengut. Mana mungkin seorang magician bisa mahir menggunakan pedang rapier seperti seorang warrior? Rasanya ia ingin berhenti saja dari game ini. Bermain game ini rasanya tidak menarik lagi. Tapi ia tidak enak dengan Angela, alias Delmora. Dia sudah menolongnya tadi.


"Iya. Sama-sama. Sekarang kalian bertiga berlatih lah sana. Aku ingin tidur sebentar," kata Angela berlagak nge-bos sambil berbaring di salah satu kasur. Walaupun ini dunia game, tapi para pemain bisa tidur.


Banyak sekali manfaatnya. Karena jangka waktu di dunia Secondary dua kali lipat lebih lama daripada di dunia nyata, maka para pemain dapat menggunakan waktu tidur di dunia Secondary lebih lama secara efektif.


Tanpa banyak bicara, White, Mastix, dan Laydrown keluar dari penginapan. Mereka bertiga memutuskan untuk berlatih di Hutan Hitam. Tempatnya di bagian paling utara dari Kota Bintang Jatuh, agak dekat dengan kuil magician. Konon makhluk-makhluk di tempat itu sangat cocok untuk berlatih untuk semua pemain.


"Bagaimana kalian berdua bisa bertemu dengan kakakku?" tanya White membuka percakapan sambil berjalan beriringan menuju tempat tujuan.


Mastrix menoleh sambil tersenyum pada White. "Aku menantang kakakmu untuk duel aatu lawan satu."


"Apa?! Benarkah?!" ujar White sambil terbelalak.


"Sungguh. Tapi aku kalah. Kakakmu terlalu kuat. Karena levelnya masih jauh di atasku. Setelah itu dia menawariku untuk membuat sebuah tim. Aku bersedia, asalkan nanti suatu saat ketika levelku sudah mumpuni, dia harus mau untuk bertarung lagi denganku. Dan dia setuju," kata Mastrix.


White mengangguk paham lalu menoleh ke samping kanannya. "Bagaimana denganmu?" tanyanya pada Laydrown.


"Aku hanya ikut saja. Angela dan Mastrix bilang kalau mereka sedang membutuhkan seorang priest, lalu mereka mengajakku. Jadi kupikir kenapa tidak? Bahkan aku senang sekali bisa satu tim dengan pemain kuat seperti kakakmu," jawab Laydrown. White semakin merasa minder dengan kemampuan kakaknya. Ia mengisi paru-parunya dengan udara sebanyak-banyaknya lalu membuang udara itu sekaligus perasaan iri yang ada di hatinya.


Beberapa meter sebelum melewati kuil magician, tiba-tiba datang segerombolan magician pemula yang menghadang. Dan paling depan sendiri, berdirilah laki-laki dempal yang tadi mem-bully White saat baru keluar dari kuil magician.


Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Ketika White menengok ke belakang, tempak gerombolan lainnya yang mendekat dari arah belakang. Mendadak perasaan White jadi tidak enak.


(Bersambung...)


Previous Chapter| Next Chapter 


Comments

Popular posts from this blog

7 Cerita Boyslove Wattpad Terbaik Versi Qaqa Kazu

Generation (Chapter 24/ Final)

Heartbeat (Chapter 21/ Final)