Secondary (Chapter 15)



Ia menangkap kepala Tenggara dan mendekatkan wajahnya ke wajah Tenggara, membuat anak itu memejamkan matanya erat-erat.


Satu detik.... Dua detik.... Tiga detik....


Tapi tidak ada yang terjadi. Dengan degup jantung yang meledak-ledak, Tenggara membuka kelopak matanya pelan-pelan dan melihat Eleazar yang sudah duduk di belakang kemudi dengan ekspresi yang tak bisa ditebak.


"Maaf jika kata-kataku tadi mengganggumu. Tapi aku akan tetap mengantarmu sampai rumah," tutur Eleazar sambil kembali menjalankan mobilnya melintasi jalan raya.


Tenggara menghembuskan napas lega. Ia tidak bisa membayangkan betapa malu dirinya. Tapi semakin lama, ia sadar kalau dirinya sendiri semakin merasa tidak nyaman karena terus menerus menutup diri dari Eleazar.


Ingin rasanya ia memeluk Eleazar saat ini juga dan mengatakan kalau Tenggara masih menyukainya sama seperti dulu.


Tenggara tidak boleh begini terus. Mau tidak mau, ia harus bertanya mengenai wanita yang kemarin itu, jika ingin membuat semuanya jelas.


"Hm... Em.. Eleazar," panggil Tenggara.


Bukannya menjawab, Eleazar tampak tersenyum senang dan tertawa kecil. Tenggara jadi bingung sendiri melihat sikap Eleazar. "Kenapa kamu malah senyum-senyum sendiri?" tanya Tenggara bingung.


"Setelah sekian lama sejak kita bertemu lagi, akhirnya kau memanggil namaku juga. Senang rasanya," kata Eleazar.


"Oh." Tenggara jadi kikuk.


"Kenapa hanya 'oh' saja? Kamu mau bertanya sesuatu padaku?" tanya Eleazar.


Dengan sedikit keberanian, ia mencoba bertanya. "Kemarin malam.... Um... Siapa wanita yang berjalan bersamamu di... pasar kuliner?"


Eleazar menaikkan kedua alisnya. "Oh, kau melihat kami?"


"Waktu itu aku berada di warung bubur kacang ijo bersama Jenna dan Reyori, dan aku tidak sengaja melihat kalian berdua melintas di depan warung," jelas Tenggara.


"Itukah sebabnya kau selalu menutup diri dariku selama ini? Karena kau melihatku jalan bersama wanita lain yang tak lain adalah kakak tiriku sendiri?"


Sontak, kepala Tenggara berputar cepat menoleh memandang Eleazar. "Kakak tirimu?"


"Benar sekali. Dan seharusnya kau tidak perlu mencemaskan soal semua gadis-gadis yang berada dekat denganku."


Mendadak, perasaan Tenggara menjadi ringan. Ringan sekali, bahkan bulu pun kalah ringan dari perasaannya sekarang.


Dadanya seperti tersiram air hangat yang nyaman dan memberinya semangat baru. Jika memang itu benar, itu artinya dia tidak perlu merasa cemburu.


Beberapa saat setelah itu, mobil Eleazar berhenti tepat di depan rumah Tenggara. Ternyata dia masih ingat betul letak rumah Tenggara. Padahal sudah delapan tahun lamanya sejak terakhir kali ia berkunjung kesini.


"Kita sudah sampai," kata Eleazar. "Ngomong-ngomong, apakah tidak ada hal yang ingin kau tanyakan lagi padaku?"


Tenggara tidak tahu harus bertanya apa lagi. Tapi ada satu hal yang ingin ia katakan. "Aku masih seperti yang dulu. Tidak akan pernah berubah."


"Apa itu artinya kita bisa saling mengikat hati kita mulai dari sekarang?" tanya Eleazar secara langsung.


Tenggara menunduk malu. "Aku tidak tahu. Aku pikirkan dulu hal itu."


Ia segera keluar dan menutup pintu mobil. Kaca mobil itu turun perlahan-lahan menampilkan wajah Eleazar yang bersemi-semi.


"Kalau begitu, sampai jumpa nanti malam," kata Tenggara sambil mengangkat tangan kanannya sebatas kepala.


Eleazar balas mengangkat tangannya dan mengedipkan sebelah mata pada Tenggara, lalu melajukan mobilnya.


Tenggara berjalan menuju pintu depan dengan senangnya sambil memikirkan Eleazar. Laki-laki itu memang sangatlah baik. Bahkan dia tidak berusaha untuk memaksa menciumnya ketika tadi di dalam mobil.


Ia jadi agak menyesal dengan kelakuannya. Seharusnya ia tadi bisa langsung menjawab 'iya'. Tenggara hanya tidak ingin buru-buru saja.


Delmora baru saja selesai makan siang dan sedang duduk santai membaca majalah di ruang tamu, ketika tiba-tiba Tenggara masuk ke dalam rumah dengan wajah sumringah.


"Kamu kesurupan setan apa sih? Tumben pulang-pulang wajahnya sudah cerah begitu."


"Oh, tidak ada apa-apa, Kak. Biasa saja."


Kakaknya jadi ikut tersenyum. "Kamu belum makan siang kan? Cepetan makan sana! Setelah itu kita Log-In lagi ke Secondary. Ada sesuatu yang ingin aku diskusikan dengan tim," suruh Delmora.


"Diskusi? Diskusi tentang apa, Kak?"


"Nanti saja aku kasih tahu setelah kita Log-In. Sekarang kamu makan dulu sana!" suruh Delmora yang mulai kelihatan seperti nenek sihir lagi.


Tenggara hanya manyun dan segera berjalan ke dapur. Dalam hati ia bertanya-tanya, ada hal serius apa yang ingin dibicarakan oleh Delmora. Tapi otaknya seperti tidak menangkap ide apapun untuk menebak hal itu.


Pukul dua belas kurang lima belas menit, Tenggara memutuskan untuk Log-In duluan, mengingat kalau tadi sebelum Log-Out dari game, ia masih mengenakan pakaian yang 'bukan kostumnya'. Hanya memakai kaos dan celana pendek.


Begitu ia masuk ke dalam game sebagai White, ia berada di dalam kamar penginapan yang sama. White menunduk menatap pakaiannya yang benar-benar tampak menyedihkan. Juga rambut putihnya yang panjang tergerai luruh ke bawah menutupi kedua telinga runcingnya.


"Kau juga Log-In?" ucap seseorang dari arah jendela kamar secara tiba-tiba yang membuat White memutar badannya cepat-cepat. Di sana tampak laki-laki dari ras elf dengan rambut pendek berwarna biru perak, serta bola mata yang warnanya hampir sama dengan rambutnya. Mastrix berdiri membelakangi jendela dan memandangnya dengan lembut.


White jadi sedikit gugup. Mengingat kalau ia masih belum memakai kostum magiciannya. Dan ia tahu bahwa Mastrix itu adalah Eleazar.


"Iya. Waktu aku Log-In tadi masih belum jam dua belas. Ku pikir akan lebih baik jika aku Log-In duluan sebelum yang lain datang, karena kostumku......," Tenggara menunduk lagi menatap pakaiannya. Ia langsung menuju ke lemari dan mengambil kostum putih-putihnya. Buru-buru ia mengenakan kostumnya.


Mastrix berjalan mendekati White. "Kau terlalu buru-buru hingga kurang rapi memakainya. Sini biar ku bantu," ujarnya sambil menautkan kancing kemeja dalam dari kostum White.


White sendiri hanya bisa membeku sambil menahan napas. Wajah mereka berdua sangat dekat, tapi tubuh Mastrix lebih tinggi daripada dirinya. Napas Mastrix yang segar terasa menyapu-nyapu wajahnya, membuat debaran dadanya semakin tidak karuan.


Dengan cepat, Mastrix mengambil ikat rambut warna putih yang tergeletak di atas meja dan mendekati punggung White. Dengan sangat cekatan, ia mengikat rambut putih White yang panjang.


"Sudah selesai. Berbaliklah," suruh Mastrix. "Seperti inilah White yang ku kenal," ujarnya sambil memegang kedua pundak White.


"Eh, iya, terimakasih," tuturnya malu-malu kucing.


Pada saat yang sama, tiba-tiba Laydrown muncul. "Kakakmu belum Log-In?"


"Belum. Mungkin sebentar lagi," jawab White sambil memeriksa barang-barang di tas kecilnya, termasuk tongkat putih dan pedang rapiernya.


Lima menit kemudian, Angela muncul dari balik pintu kamar. Sepertinya dari ketiga orang tersebut, Angela-lah yang lebih dulu Log-In. "Semuanya sudah datang?"


"Sudah," jawab mereka bertiga serempak.


"Bagus kalau begitu sekarang kita mulai diskusinya."


Mereka berempat langsung duduk bersila.


"Kakak baru darimana?" tanya White.


"Dari toko peralatan dan persenjataan," jawab Angela.


"Jadi apa yang topik yang akan kita diskusikan kali ini?" tanya Mastrix yang duduk di samping kanan White.


"Aku baru saja mendapat kabar bahwa akan ada kompetisi berkelompok disini, di Kota Bintang Jatuh, dimana pemenangnya nanti akan mendapatkan sebuah rumah yang cukup besar yang bisa kita jadikan markas untuk tim kita. Selain itu jika kita menang, nama kita akan lebih di kenal oleh para pemain Secondary," jelas Angela.


"Lalu tunggu apalagi? Ayo kita segera mendaftar!" seru White dengan penuh semangat.


"Tapi mereka bilang kalau minimal satu kelompok minimal ada enam orang pemain inti yang harus di daftarkan. Sedangkan kita hanya berempat saja. Lagipula kita juga belum memberi nama pada tim kita," keluh Angela.


"Kalau soal nama tim, kita diskusikan belakangan saja, setelah semuanya lengkap enam orang anggota. Yang terpenting sekarang adalah kita cari dua orang anggota lagi yang memiliki job yang berbeda dari kita berempat," usul Laydrown.


(Bersambung...)


Previous Chapter|Next Chapter 


Comments

Popular posts from this blog

7 Cerita Boyslove Wattpad Terbaik Versi Qaqa Kazu

Generation (Chapter 24/ Final)

Heartbeat (Chapter 21/ Final)