Generation (Chapter 04)

"Dimana letak panti asuhanmu?" tanya Ari merasa prihatin.

"Di dekat perbatasan Kota Kediri dan Tulungagung."

"Ha?! Jauh banget?!"

"Nggak apa-apa. Aku ke sekolah naik bus kok."

Mendadak suasana jadi haru bercampur canggung. Ari jadi berpikir ulang, pasti ini salah satu alasan kenapa sebagian teman Nicholas tidak menyukai cowok yang duduk di sampingnya itu. Nicholas berasal dari panti asuhan.

Mungkin kalau sedikit bantuan dari Ari bisa membuat Nicholas merasa ringan........

"Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Sekarang boleh aku numpang mandi?"

"Ya sudah, mandi aja. Handuknya ada di belakang pintu. Entar aku pinjami satu setel baju."

Nicholas hanya mengangguk dan bergegas ke kamar mandi yang letaknya di dalam kamar. Ari menuju lemari pakaiannya untuk mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian kasual, serta memilihkan pakaian untuk Nicholas. Tubuh Nicholas cukup besar, jadi Ari memilih beberapa potong atasan dan bawahan dan menurutnya paling besar lalu ia taruh di atas tempat tidur.

Setelah itu, Ari menyalakan televisi dan naik ke atas kasur sambil memeluk guling. Pada saat seperti ini ia jadi merindukan boneka beruang putihnya dulu. Boneka pemberian mendiang ayahnya. Ia selalu menaruhnya di atas tempat tidur dan memelukinya saat ia tiduran seperti ini, bahkan sampai ia SMP. Ia memberikannya nama, Panda. Padahal sudah jelas kalau itu boneka beruang, tapi Ari pikir itu satu-satunya nama yang cocok.

Mungkin dulu Ari sangat menginginkan adik laki-laki, jadi ia menganggap bonekanya sebagai adik imajinasi.

Tapi sekarang bonekanya sudah tidak ada. Ketika ia pindah rumah kesini, ia lupa untuk membawa bonekanya. Dan saat ia kembali ke rumah lamanya yang sudah ditempati orang lain, mereka berkata kalau semua barang-barang bekas yang tidak dibawa oleh keluarga Ari sudah didonasikan ke beberapa panti asuhan.

Oh iya, Nicholas kan juga dari panti asuhan. Apa mungkin Nicholas pernah melihat boneka milik Ari berada di panti asuhannya? Tapi itu tidak mungkin. Mana ada cowok segagah Nicholas mainan sama boneka? Konyol!

Dan akhirnya semakin lama, pikiran Ari semakin melembut dan kabur hingga membuatnya terlelap.

Beberapa saat kemudian, Nicholas keluar dari kamar kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk di pinggangnya. Ia tercenung melihat Ari yang sudah terlelap di atas kasur.

Nicholas tersenyum. Cowok itu kelihatan sangat lugu kalau sedang terlelap seperti ini.

***

Ari terbangun oleh suara petir yang menggelegar memekakan telinganya. Dan ketika ia membuka matanya, yang ada hanya gelap. Namun samar-samar cahaya petang dari luar kamar bisa ia liat.

Diluar hujan petir dan sekarang sedang mati lampu. Secercah cahaya seperti lampu blitz bersinar selama sepersekian detik dan diikuti oleh suara petir yang lebih keras daripada sebelumnya.

"Astaga!" pekik Ari langsung memeluk gulingnya erat-erat. Ia benci petir, membuatnya ketakutan dan tidak nyaman.

Namun saat itulah ia sadar bahwa ia tidak sendirian. Ia bisa merasakan hembusan napas Nicholas yang menerpa wajahnya walaupun Ari sendiri hampir tidak bisa mengamati wajah Nicholas karena kegelapan. Cowok itu pasti tidur menyamping menghadap Ari. Dan keduanya hanya dipisahkan oleh guling.

Ari merasa agak lega karena ia tidak sendirian di dalam kamar. Namun perasaannya tidak tenang karena beberapa cahaya kilat terus muncul.

Hingga akhirnya dengan mengumpulkan segenap keberanian yang ia miliki, Ari menyingkirkan guling itu ke belakang punggungnya dan mendekatkan tubuhnya dengan Nicholas dengan pelan, berharap supaya Nicholas tidak terbangun.

Bau harum maskulin cowok itu menyeruak di hidung Ari, membuatnya nyaman. Namun mendadak, tangan kanan Nicholas bergerak dan menarik kepala Ari dan memeluknya. Ari tersentak.

"Tidurlah yang nyenyak. Aku ada disini," bisik Nicholas yang seraya membuat jantung Ari berdegup tak beraturan. Apalagi ketika keningnya bersentuhan langsung dengan dada Nicholas yang hangat membuat ia tahu kalau cowok itu tidak mengenakan atasan alias shirtless.

Tak bisa dipungkiri kalau situasi seperti ini malah membuat Ari semakin melek dan tidak bisa tidur sama sekali.

"Nggak usah deg-degan gitu," tukas Nicholas.

"Kenapa kamu nggak pake atasan?" tanya Ari lugu.

"Bajumu yang itu kekecilan. Udah, tidur lagi aja."

"Tapi kantukku udah ilang. Aku gak bisa tidur lagi," balas Ari. "Lalu kalau nanti hujannya nggak reda-reda, kamu pulangnya gimana?"

"Ya nggak usah pulang. Aku tidur disini," jawabnya enteng, seakan-akan ia sudah kenal dekat dengan Ari.

"Ya udah. Kalo pengen bermalam disini gak apa-apa. Lagian rumahmu juga jauh," Ari bangkit dari kasurnya, tapi langsung ditahan oleh Nicholas.

"Mau kemana kamu?"

"Ngambil lilin. Gelap, Nic."

"Nggak usah. Kan ada aku disini. Jangan tinggalin aku lagi," jawab Nicholas memelas.

Jangan tinggalin aku lagi? Emang kapan aku pernah ninggalin dia? Bukannya dari tadi mereka berdua terus berada di kamar ya?, Ari bertanya-tanya di dalam hati. Ia langsung duduk di tepi tempat tidur, menghadap Nicholas.

"Kamu suka sama aku ya?" tanya Ari langsung. Ia berani menanyai Nicholas pertanyaan seperti itu karena sejak tadi Nicholas bertingkah konyol.

"Tentu saja! Aku suka banget sama kamu!"

"Suka yang kayak gimana?" tanya Ari menyipitkan mata.

"Ya cinta. Emang salah ya kalo aku punya rasa cinta sama kamu?"

Jedaaarrr!!

Suara guntur kembali menggelegar dengan keras, membuat Ari melompat kaget dan menghambur ke pelukan Nicholas. Tapi beberapa detik kemudian, ia secara refleks menarik tubuhnya lagi. Pipi Ari merona merah.

"Gimana bisa kamu ngomong kayak gitu? Kamu kan cowok. Aku juga cowok. Kita berdua sama-sama cowok, Nic."

"Aku nggak peduli!" seru Nicholas dengan nada tinggi.

"Nic?! Aku serius!"

"Aku juga serius! Kamu pikir aku lagi becanda?!"

Ari terdiam. Nicholas benar-benar serius dengan ucapannya.

"Gimana mungkin kamu bisa suka sama aku? Aku cowok biasa, nggak ganteng, nggak terlalu pinter pula. Dan kita baru bertemu sekitar delapan jam yang lalu dan kamu udah punya perasaan seperti itu sama aku. Itu tidak masuk akal."

"Cinta emang nggak pernah masuk akal."

Ari kembali terdiam. Ini terlalu cepat. Ari memang cowok yang berorientasi seksual yang menyimpang, tapi kalau masalahnya seperti ini....

"Kamu nggak perlu bales apa-apa. Aku cuman pengen kamu tahu perasaanku. Itu aja kok. Yang paling penting aku bisa ngejagain kamu. Dan abis ini aku mau minta ijin sama ibu kamu buat tinggal disini mulai besok. Dan dengan cara apapun, aku harus bisa mendapatkan ijin dari ibumu," mendadak Nicholas bersikap posesif.

"Kamu homo!" seru Ari, berharap dengan mengatai Nicholas seperti itu akan membuatnya membenci Ari. Ari berharap Nicholas akan tersinggung dengan ucapannya dan pergi dari rumahnya. Walaupun diluar sedang hujan petir dan mati lampu.

"Aku bukan homo. Aku masih suka sama cewek. Tapi kamu yang ngebuat aku jadi homo. Kamu cowok pertama yang membuatku jatuh cinta. Dan bagaimana pun caranya, kamu harus selalu berada di dekatku. Dan satu lagi, kamu mau ngehina aku silahkan, mau ngehajar aku silahkan. Aku nggak akan pernah benci sama kamu," kata Nicholas. "Dan jangan takut. Aku tidak akan pernah menyakitimu. Aku janji."

"Pasti kamu bohong, iya kan? Pasti becanda! Hahaha! Aku bodoh bisa percaya sama kata-katamu! Kalo kamu emang beneran suka sama aku pasti kamu sudah menci... ubh!" perkataan Ari terpotong tatkala bibir Nicholas sudah mendarat di bibirnya.

Ari tersentak. Ia memejamkan matanya dengan kedua tangan yang bertumpu di atas pundak Nicholas yang shirtless.

Nicholas melepas ciumannya tak lama kemudian. "Kamu percaya sekarang?"

Ari tidak menjawab. Namun ia tetkejut saat Nicholas membimbing tangan kanannya ke selangkangan Nicholas. "Lihatlah. Kamu bahkan satu-satunya cowok yang bisa bikin aku ereksi!"

Ari menarik tangannya. Ia yakin Nicholas sudah benar-benar terobsesi padanya. Namun obsesinya tidak memiliki alasan yang jelas. Mereka baru bertemu hari ini dan Nicholas sudah menyukainya.

"Lebih baik kita jalan pelan-pelan aja. Untuk saat ini aku cuma bisa nganggep kamu sebagai teman aja."

Nicholas tersenyum senang. "Aku senang bisa denger itu dari kamu. Aku yakin aku bisa bikin kamu jatuh cinta sama aku nanti."


(Bersambung...)


Previous Chapter| Next Chapter



Comments

Popular posts from this blog

7 Cerita Boyslove Wattpad Terbaik Versi Qaqa Kazu

Generation (Chapter 24/ Final)

Heartbeat (Chapter 21/ Final)